Dia adalah pengusaha pengemasan garam di UD Garam Giat yang ada di Kelurahan Pasir Kulon, Kecamatan Purwokerto Barat, Banyumas. Namun setelah lebaran, dia tidak melakukan pengemasan garam karena langka. Dia pun untuk sementara waktu merumahkan 19 karyawannya.
Meski tidak ada pengemasan garam lagi, banyak pelanggan maupun warga sekitar yang menanyakan ketersediaan garam di tokonya. Hingga akhirnya dia membeli garam dengan merk berbeda dan membagikan kepada warga sekitar yang membutuhkan atau orang yang kebetulan lewat. Garam tersebut dibagikan secara cuma-cuma.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Karena persediaan garam miliknya sudah habis lanjut Setyo, dia kemudian membeli di pasar. Garam tersebut di taruh di depan toko.
"Kalau ada yang minta saya kasih ke tetangga sekitar termasuk siapapun yang lewat dan cari. Kalau ada yang minta ya silahkan," ujarnya.
Dia mengatakan alasan memberikan garam secara cuma-cuma didasari rasa kasihan. Saat ini ada orang yang sedang kesulitan mendapat garam dan harga juga mulai mahal.
"Kasihan, saya aja menderita, orang lain mungkin lebih. Saya mungkin posisinya untuk mengadakan barangnya yang susah," katanya.
Menurutnya kekosongan garam tidak hanya di pasar saja tapi juga di rumah tangga. "Saya menggratisi. Ya silahkan ambil istilahnya," ucapnya.
Dirinya mengaku terpaksa menggunakan merk garam lain saat membagikan pada warga sekitar karena garam miliknya sendiri telah habis di gudang. Dirinya juga mengaku menteladani perkataan sahabat Rasul yang membagikan barang yang susah didapat bukan menjualnya.
"Sudah habis dan masyarakat tahunya harus ada, ya silahkan ambil, biasanya mereka kasih uang tapi saya tidak mau. Dulu ada sahabat Rasul Abdurrahman bin Auf mengatakan lagi dalam keadaan seperti ini malah kasih bukan malah jual. Itu yang saya pegang," katanya.
Dia juga mengaku jika garam yang iberikannya ini bukan dalam rangka protes kepada pemerintah. Karena dia percaya pemerintah dapat mengatasi kelangkaan garam ini.
"Insya Allah ini ada hikmahnya, saya kira pemerintah sudah berusaha keras. Ini bukan protes. Orang dagang istilahnya suplai lancar gembira dan aman," jelasnya.
Menurutnya kelangkaan garam tersebut sudah mulai terjadi setelah lebaran. Usaha kegiatan pengemasan garam miliknya terakhir kali dilakukan tiga hari setelah lebaran. Setelah itu tidak ada lagi pengemasan.
"Saya mengemas terakhir kali, 3 hari setelah lebaran, sampai sekarang garamnya hampir tidak ada. Sejak itu tidak berproduksi dan tidak ada kegiatan," pungkasnya. (arb/bgs)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini