Bahan dasar pembuatan keramik dan gerabah adalah tanah liat. Selama ini, tanah liat di Mayong hanya dapat dibuat untuk kerajinan gerabah saja. Jika ingin menghasilkan keramik, maka harus dikombinasikan dengan tanah lain.
Sugiyanto (52), seorang pengrajin gerabah di Desa Mayong lor RT 2 RW 3 menurutkan perbedaan gerabah dengan keramik hanya pada proses pembakaran. Jika gerabah, hanya membutuhkan temperatur sekitar 800-900 derajat Celcius. Namun, untuk menghasilkan keramik dibutuhkan di atas 1.000 derajat Celcius.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Tanah Mayong, lanjutnya, jika dilakukan pembakaran 1.000 derajat Celcius tidak tahan dan hasilnya tidak maksimal. Bahkan meleleh, atau melengkung yang dapat merubah bentuk dan motifnya.
"Tidak bisa. Kalau dipaksa untuk dijadikan keramik akan meleleh dan melengkung," paparnya.
Bagi pengrajin keramik sendiri jika menggunakan tanah Mayong harus mengkombinasikan dengan bahan dasar lain. Diantaranya tanah Celering, atau bekerjasama dengan Balai Besar Keramik Bandung untuk mendapatkan bahan baku.
"Kalau tanah Celering itu di daerah Bangsri Jepara ada, tapi bisa juga bekerjasama dengan Balai Besar Keramik Bandung. Tapi untuk mendapatkan bahan dasar itu membutuhkan modal yang lebih," katanya.
Menurutnya kalau membuat keramik, pengrajin harus berhitung mengenai harga jual. "Kalau mahal bisa kalah saing, kalau murah tidak dapat untung," jelas Sugiyanto.
Kondisi tersebut membuat pengrajin di Desa Mayonglor memilih untuk memproduksi gerabah saja. Sugiyanto sendiri terakhir kali memproduksi keramik tahun 1996 silam.
"Kalau dulu masih dapat bantuan modal dari pemerintah pusat, sekarang tidak," keluhnya.
Sementara itu Sugiyo (46), pengrajin lain menambahkan dirinya pernah memproduksi keramik, namun kemudian berhenti produksi. Sebab harga jual tidak sebanding dengan modal yang harus dikeluarkan.
"Saya sudah lama tidak membuat keramik. Hanya saja sekarang saya mengembangkan genteng keramik," tuturnya.
Dia mengatakan genteng keramik adalah genteng yang dilapisi keramik di bagian atasnya. Tujuannya agar lebih awet ketimbang genteng biasa.
"Saya beli genteng yang sudah jadi, terus proses pelapisannya di sini. Cara pembuatannya adalah gilingan kaca, tanah dan bahan kimia PbO. Pembakaran membutuhkan temperatur 950 derajat celcius, dalam waktu satu jam," tutur warga Desa Mayong lor RT 6 RW 4.
Dia menjelaskan, harga genteng keramik sekitar Rp 3.500 per biji. Sedangkan harga tanah Mayong Rp 250 ribu per satu dump truk.
"Saya sudah empat tahun tidak membuat keramik, lalu pindah genteng yang dilapisi keramik di bagian atasnya," tandas Sugiyo. (bgs/bgs)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini