Belajar Toleransi, Santri Baru di Magelang Diajak Kaji Borobudur

Belajar Toleransi, Santri Baru di Magelang Diajak Kaji Borobudur

Pertiwi - detikNews
Kamis, 20 Jul 2017 18:08 WIB
Foto: Pertiwi/detikcom
Magelang - Hari-hari pertama masuk sekolah atau masa orientasi peserta didik baru (Mopdik) di Pondok Pesantren Mifathurrohmah Borobudur, Kabupaten Magelang, berbeda dibandingkan sekolah lainnya. Kegiatan santri dan lebih menyenangkan selama empat hari ini sejak masuk sekolah pertama kali pada hari Senin (17/7/2017) hingga Kamis (20/7/2017).

Para santri baru tidak hanya dikenalkan dengan lingkungan pesantren saja, namun juga lingkungan sekitar yang tidak jauh dari lokasi pondok pesantren.

"Khusus Mopdik tahun ini, para santri kita ajak berkeliling kawasan Borobudur mengunjungi vihara dan Candi Borobudur. Tujuannya mengkaji agama Buddha dan peninggalannya," ujar ustaz pendamping santri, Dimyati, di sela kegiatan, Kamis (20/7/2017).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Dia menuturkan, letak ponpes Miftahurrohmah ada di Desa Majaksingi, Kecamatan Borobudur atau berjarak 1 kilometer dari Candi Borobudur. Hal ini membuat para santri harus memiliki wawasan tambahan. Minimal mengetahui tentang sejarah candi peninggalan umat Buddha berikut budayanya.

"Kajian ini kita lakukan hanya untuk menambah wawasan para santri saja. Selama ini kan pesantren hanya berisi kajian agama Islam saja, tetapi kita mencoba untuk belajar memahami agama lain juga," ungkap Dimyati.

Untuk diketahui, Ponpes Miftahurrohmah merupakan pesantren sekaligus sekolah tingkat dasar. Pesantren ini didirikan sejak tahun 2008 lalu oleh KH Abdul Khafidz dan mewadahi santri dari berbagai daerah.

Terkait dengan Mopdik berkeliling candi peninggalan umat Buddha, menurut Abdul Khafidz dilakukan sebagai pengenalan bagi santri baru.

"Untuk menambah wawasan santri, apalagi selama ini banyak turis yang juga lalu lalang di sekitar pesantren. Akan terlihat kurang bagus kalau anak-anak di daerah Borobudur tidak mengerti sejarah Candi Borobudur," katanya.

Selama Mopdik para santri diberikan penjelasan dari pakarnya, yakni pemandu dari Balai Konservasi Borobudur (BKB).

"Islam harus selalu membawa rahmat bagi sesama umat. Untuk itu, santri juga harus berwawasan luas biar Islam menjadi kuat," tandas Abdul.

Salah satu santri, Azizah mengaku senang dengan Mopdik yang dilaluinya bersama santri kelas VII lainnya.

"Kita jadi tahu kalau Candi Borobudur adalah peninggalan umat Buddha. Jika ada turis atau orang lain yang bertanya, bisa menjelaskan," katanya. (bgs/bgs)



Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Hide Ads