Kali Winongo di Kota Yogyakarta melintasi sedikitnya 6 kecamatan. Dari utara ke selatan yakni Kecamatan Tegalrejo, Jetis, Gedong Tengen, Ngampilan, Wirobrajan dan Mantrijeron. Namun setelah dilakukan penataan, rumah di kawasan ini berhasil tertata rapi, dan lingkungannya jauh dari kesan kumuh. Di sepanjang pinggir sungai ada talud dan jalan yang bisa dilalui warga serta pepohonan.
"Dulu (Bantaran Kali Winongo) permukiman kumuh," ujar Sekretaris Badan Keswadayaan Masyarakat (BKM) Pendowo Kelurahan Ngampilan, Endro Kreswantoro, kepada wartawan saat ditemui di Bantaran Kali Winongo Yogya, Rabu (19/7/2017).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Itu (PLPBK) program dari pusat. Di Yogyakarta ada 4 kecamatan yang melaksanakan program ini. Empat kecamatan itu di Ngampilan, Gowongan (Jetis), Keparakan (Mergangsan), dan Suryatmajan (Danurejan)," lugasnya.
Endro menerangkan, awalnya tidak mudah mengubah perspektif warga. Sebab itu warga bantaran Kali Winongo dikumpulkan untuk duduk satu meja. "Pertemuannya ratusan kali, prosesnya yang lama, karena diharapkan ide itu muncul dari bawah," imbuhnya.
Karakteristik warga di pinggir bantaran sungai, diakui Endro lebih keras. Tapi bukan berarti warga tidak mau diajak berbicara. Lambat laun setelah komunikasi intens dilaksanakan, satu per satu warga mulai setuju. "Proses perencanaan sampai 6 bulan lebih," sebutnya.
Perencanaan penataan Kali Winongo sebenarnya sudah dimulai tahun 2009 lalu. Sementara penataan rumah di Bantaran Kali Winongo di RT 03 RW 01 Kampung Ngampilan, mulai dilakukan pada awal tahun 2016. Baru pertengahan 2016 eksekusi dilangsungkan.
"Jadi pertengahan tahun 2016 baru dimulai pembangunan fisiknya," ungkapnya.
Setelah berunding selama 6 bulan dan muncul kesepakatan, akhirnya warga mau memindahkan bangunannya untuk digeser. Sementara bangunan baru didesain menghadap ke arah sungai.
"Rumah di bantaran Kali (Winongo) digeser 8 meter, dibuat seperti kampung deret. Di sebelah atas dan bawah (bangunannya) didesain beda KK," ucapnya.
Setelah ditata ternyata para warga puas. Sebab itu banyak warga disebutnya tertarik mengikuti program penataan bantaran kali. "Sekarang banyak warga tertarik program itu, bersedia tanahnya untuk digeser. Pola pikir warga juga mulai berubah," ungkapnya.
Hal ini dibenarkan salah satu warga di Bantaran Kali Winongo Yogya, Ny Parno (60). Memang sebelum ditata banyak dilakukan musyawarah dengan warga. Akhirnya mereka bersepakat untuk ikut program penataan bantaran dari pemerintah.
"Saya senang sekali, banyak anak-anak bermain di sini karena ada tamannya. Dulu terkesan kumuh. Awalnya dulu di sini adalah tanah kengser (endapan sungai), terus dibuat rumah. Terus ada program penataan, (rumah) dinaikkan," pungkasnya.
(bgs/bgs)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini