Perjuangan Hidup Bocah dari Gunungkidul yang Lumpuh Akibat Torch CMV

Perjuangan Hidup Bocah dari Gunungkidul yang Lumpuh Akibat Torch CMV

Usman Hadi - detikNews
Selasa, 11 Jul 2017 21:06 WIB
Jasmine Rohmania (7) terbaring di tempat tidurnya. Foto: Usman Hadi
Gunungkidul - Seorang bocah bernama Jasmine Rohmania (7) dari Kabupaten Gunungkidul harus terkulai tak berdaya di tempat tidurnya. Dia menderita Torch Cytomegalovirus (CMV) yang membuat tubuhnya lumpuh.

Jasmine merupakan anak perempuan pasangan Roni Harjoko (37) dan Maryani (29), warga Dusun Sawah, Desa Girisekar, Kecamatan Panggang, Kabupaten Gunungkidul, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY).

"Kalau kata dokter anak saya menderita penyakit Torch Cytomegalovirus (CMV)," ujar Maryani kepada wartawan, Selasa (11/7/2017).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Penyakit ini menyebabkan tubuh Jasmine tak bisa digerakkan, hanya saat disentuh Jasmine sesekali tersenyum. Tapi saat dibiarkan, Jasmine tak bergerak dan hanya sesekali membuka mata.

Karena sekujur tubuhnya tak bisa digerakkan, saat Jasmine digigit nyamuk dia hanya bisa menangis kesakitan.

"Dulu pas lahirlah sekitar tahun 2000 prosesnya berjalan normal. Tapi nggak tahu kenapa, sebagian tubuhnya tidak bisa digerakkan," cerita Maryani.

"Waktu itu dokter memprediksi, kalau anak saya (Jasmine) hanya mampu bertahan 3 hari," tambahnya.

Menurut Maryani, sebenarnya anaknya tidak hanya menderita Torch Cytomegalovirus, tapi juga menderita penyakit paru-paru, epilepsi, dan gizi buruk. Karena berbagai penyakit ini, kondisi Jasmine kian memburuk.

Untuk mengobati anaknya, Maryani bercerita dirinya pernah menggunakan obat dari rumah sakit. Namun itu tidak bertahan lama karena dia kesulitan biaya. Setelahnya dia mulai beralih ke obat tradisional.

"Suami saya hanya buruh bangunan, penghasilannya enggak tetap. Ya berat kalau buat nebus obat di rumah sakit," lugasnya.

Kondisi ini kian menyulitkan lantaran keluarga ini tak memiliki Kartu Jaminan Kesehatan (BPJS Kesehatan), maupun surat kesehatan dari pemerintah setempat. Karenanya sempat Roni mengurus BPJS Kesehatan mandiri, tapi karena tak kuat membayar iuran akhirnya kartu BPJS-nya tak bisa digunakan.

"Dulu ngurus BPJS mandiri per bulan ditarik Rp 75 ribu, tapi Januari 2017 kami tidak membayar iuran, karena penghasilan kami tidak menentu," aku Maryani.

Untuk obat tradisional biaya yang dibutuhkan juga cukup banyak. Biasanya saat mengambil 1 paket obat tradisional, mereka harus mengeluarkan Rp 500 ribu, obatnya digunakan untuk 10-12 hari. "Suami saya kerjanya tidak tetap, kerja kalau ada yang menyuruh saja," tutupnya. (sip/sip)



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Hide Ads