Seperti halnya, Muhammad Arif Fahrudin (10) warga Desa Teluk Wetan, Kecamatan Welahan, Jepara diarak keliling kampung dengan meriah. Putra dari pasangan Mulyadi dan Siti Rofiqoh ini menunggang seekor kuda dengan berpakaian gaya pangeran Arab Saudi.
Di belakangnya ada tiga anak lain yang juga menunggang kuda. Lalu, diikuti rombongan dokar dan mobil bak terbuka yang dihias. Keluarga dan kerabat ikuti serta dalam arak-arakan. Grup drumband yang mengiringi berada di tengah rombongan sehingga menjadikan ritual arak-arakan sunatan meriah.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Tradisi ini memang bukan hal yang sakral, tapi biasanya bagi anak laki-laki yang dikhitan sudah khatam Quran," ujar Tomo salah satu tokoh masyarakat Desa Teluk Wetan, Jumat (30/6/2017).
Menurutnya arak-arakan khitanan ini sudah jarang ditemui di era sekarang. Namun di tahun 1990-an, banyak sekali yang menggelar tradisi ini.
"Ini sebagai penghormatan bagi anak yang mau membaca Alquran. Sampai-sampai saat khitan dinaikkan kuda dan diarak keliling desa," ungkapnya.
Menurutnya adanya tradisi ini dapat menginspirasi anak-anak untuk tekun belajar agama, terutama belajar Alquran. "Sebab, mereka yang belum disunat juga berpikir akan diarak seperti itu, sehingga mereka harua belajar Alquran lebih dulu," tutur dia.
Saat diarak keliling desa, ratusan warga sekitar terutama ibu-ibu dan anak-anak menyaksikan jalannya arak-arakan. Mereka pun mengabadikan arak-arakan tersebut karena sudah jarang dijumpai sekarang ini
(bgs/bgs)











































