Pemilik Warung Sedekah Yu Jilah: Berbagi Tak Akan Mengurangi Rezeki

Pemilik Warung Sedekah Yu Jilah: Berbagi Tak Akan Mengurangi Rezeki

Usman Hadi - detikNews
Kamis, 01 Jun 2017 05:17 WIB
Pemilik Warung Sedekah Yu Jilah: Berbagi Tak Akan Mengurangi Rezeki
Edi, pemilik warung sedekah Yu Jilah di Yogyakarta. Foto: Usman Hadi
Yogyakarta - Menggratiskan menu sahur di warung gudegnya, Edi Sumaryanto (40) yakin rezekinya tak akan berkurang. Dia percaya lewat berbagi sedekah, rezeki justru akan berlipat ganda.

"Bersedekah itu tidak akan mengurangi rejeki kita," ujar Edi saat ditemui detikcom di warungnya, Jalan Parangtritis No 88, RT 53 RW 14, Kelurahan Mantrijeron, Kecamatan Mantrijeron, Yogyakarta, Rabu (31/5/2017).

Edi mengaku sudah membuktikan sendiri kalau bersedekah tak mengurangi rezeki. Pernah suatu ketika dia mensedekahkan sejumlah uang ke panti asuhan, padahal di waktu bersamaan anaknya butuh biaya asuransi pendidikan. Berbekal keyakinan itu, dia memilih membantu panti.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Kalau orang bilang seperti ini belum tentu percaya. Tapi saya membuktikan dari pengalaman," kata Edi.

Edi kemudian bercerita tentang titik balik hidupnya yang sempat berada di masa kelam.

"Dulu saya juga bukan orang baik-baik amat, pernah diungsikan orangtua," ungkapnya.

Waktu itu Edi masih remaja dan ayahnya meninggal dunia. Tak siap dengan kehilangan tersebut, dia sempat menganggap Tuhan tidak adil memperlakukan dirinya.

Edi kemudian terjerumus pergaulan bebas, pernah ikut geng, ikut tawur-tawuran, minum-minuman keras, sampai pernah jualan togel.

"Itu pas zaman edan," cerita Edi.

Setelah dikirim keluarga ke Kabupaten Karangasem, Bali, Edi remaja tinggal di perkampungan Arab dan India yang mayoritas muslim. Di sana dia digembeleng agar menjadi muslim yang bertanggung jawab.

Dia masih ingat, saat diungsikan ke Bali sekitar tahun 1994, Edi masih duduk kelas 1 SMA. Setelah beberapa waktu akhirnya dia balik ke Yogyakarta, melanjutkan studi di Akademi Manajemen Putra Jaya Yogyakarta, mengambil jurusan menejemen dan lulus tahun 2000.

Setelah lulus dan menikah, hidup Edi berubah drastis. Kondisi ini dia alamai sewaktu istrinya mengandung anak pertama, sekitar tahun 2005.

"Saya kalau nggak jadi orang beneran malu. Setelah saya nikahi istri saya, hidup saya berbalik 180 derajat," tandasnya.

Kebiasaan buruknya dulu, sekarang ini sudah tak pernah Edi lakukan lagi. Kini dia lebih memilih mencari rezeki halal, dengan membuka warung gudeg di depan Balai RK Mantrijeron Kota Yogyakarta.

"Saya tidak pernah kerja di kantor, malas jadi pegawai," jelasnya.

Sebelum berjualan gudeg Edi mengaku juga pernah berjualan angkringan tahun 2002. Tapi kini angkringan miliknya sudah tutup, sekarang beralih berjualan gudeg.

"Kebetulan istri juga suka masak," paparnya.

Hasil berjualan gudeg sekitar tahun 2010 disebut Edi cukup lumayan, lantaran waktu itu belum banyak warung gudeg di Yogyakarta. Tapi sekarang pembeli di tempatnya tak sebanyak dulu, karena banyaknya warung gudeg menjamur di setiap sudut di Kota Yogyakarta.

"Grafiknya jualan turun, paling menjanjikan sekitar tahun 2010. Kalau sekarang karena banyak kompetitor hasilnya mulai berkurang," ulasnya.

Tapi meskipun begitu, Edi tak berhenti untuk berbagai ke sesama. Dari rezeki yang ada, lalu dia menyediakan sahur gratis di warungnya pada Bulan Ramadan ini. (sip/mbr)



Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads