Acara di gelar di Kagungan Dalem Pagelaran Keraton Yogyakarta pukul 15.30-17.30 WIB. Gubernur DIY, Sri Sultan Hamengku Buwono X akan hadir menyampaikan orasi kebangsaan.
"Peringatan hari lahir Pancasila ini memiliki arti penting saat ini," ungkap ketua panitia Widihasto Wasana Putra kepada wartawan Selasa (30/5/2017)
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kami ingin mengingatkan kembali, bahwa Indonesia sudah final, ada dasar negara dan falsafahnya yakni Pancasila. Dewasa ini banyak yang ingin mengganti ideologi tersebut," katanya.
Menurut dia, konsep acara dirancang secara sederhana, singkat namun sarat makna. Mengingat dilaksanakan dalam bulan puasa maka acara digelar sore hari dan selesai sebelum waktu berbuka puasa tiba.
"Dalam acara itu akan tampil aubade atau paduan suara kolosal sebanyak 600 orang yang terdiri atas siswa-siswi pelajar dan mahasiswa," katanya.
Saat aubade lanjut Hasto, mereka akan menyanyikan sejumlah lagu-lagu nasional/kebangsaan untuk membangkitkan semangat nasionalisme dan patriotisme. Hal menarik pembaca teks Pancasila adalah siswa pelajar sekolah yang berasal dari lereng gunung Merapi. Sedangkan pembaca teks Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 dipilih siswi pelajar sekolah dari kawasan pantai selatan. "Keduanya merepresentasikan sumbu imajiner antara Gunung Merapi dan laut selatan yang ada di Yogyakarta," katanya.
Selain itu Gerak Pancasila juga mengajak semua matra Tentara Nasional Indonesia (TNI) dan Polri untuk ikut bersama-sama. Seluruh peserta yang datang termasuk Gubernur DIY akan duduk lesehan
bersama di Pagelaran Keraton.
Pesan yang ingin disampaikan adalah memperkokoh hubungan yang egaliter antara pemimpin dan rakyat. Gubernur akan didampingi Wakil Gubernur, unsur-unsur Forum Koordinasi Pimpinan Daerah (forkompimda), bupati/walikota, ketua-ketua DPRD se DIY serta kerabat Kasultanan Yogyakarta dan Kadipaten Pakualaman.
"Acara ini diselenggarakan secara gotong royong. Kami membuka kesempatan bila ada warga masyarakat yang akan menyumbang makanan dan minuman untuk keperluan berbuka puasa," katanya.
Menurutnya donasi makanan dapat berupa nasi bungkus, takjil dan air minum. Nasi bungkus memiliki nilai simbolik semangat kebersamaan dan kerakyatan.
"Melalui Gerak Pancasila ini, kami ingin merawat nilai-nilai persaudaraan dan kegotong-royongan yang dilakukan warga Yogyakarta seperti yang dilakukan saat terjadi gempa bumi 27 Mei 2006 dan erupsi gunung Merapi 2010," pungkas Hasto. (bgs/bgs)