Angka ini bisa saja bertambah, lantaran ada 6 warga lainnya juga meninggal karena suspect leptospirosis. Mayoritas korban leptospirosis di wilayah ini adalah petani.
Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Dinas Kesehatan Bantul, Pramudi Darmawan menjelaskan jika total penderita leptospirosis di Bantul sampai Mei ada 55 orang. Data ini merujuk surat kewaspadaan dini rumah sakit (KDRS) yang dilaporkan ke Dinkes.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Selama ini Dinkes melakukan audit pasien yang meninggal, untuk memastikan penyebab kematiannya. Hasilnya diketahui 1 korban meninggal positif karena leptospirosis.
Karena mayoritas penderita penyakit ini adalah petani. Pramudi menduga penularan bakteri leptospira penyebab leptospirosis, yakni melalui genangan air persawahan. Setelahnya bakteri itu masuk ke tubuh lewat luka atau lecet, selaput di dalam mulut, hidung, dan mata.
Oleh sebab itu, Pramudi meminta masyarakat menerapkan Pola Hidup Bersih dan Sehat (PHBS). Caranya saat mandi usai bekerja menggunakan sabun dan rutin cuci tangan menggunakan sabun. Apalagi setelah bersentuhan dengan obyek yang ditengarai terinfeksi leptospira.
Pamong Desa Srimartani, Kecamatan Piyungan, Bantul, Lilik Raharjo, menambahkan jika di Srimartani ada dua warga yang terjangkit leptospirosis.
"Warga Dusun Wanujoyo baru beberapa hari ini kena, terus dilarikan ke RSUD Panembahan Senopati," ungkapnya.
Setelah ada warga yang terkena leptospirosis, pihak desa mengagendakan program bersih-bersih. Langkah itu diambil untuk mencegah munculnya korban susulan.
"Adanya kasus ini, kami sudah lapor ke puskesmas setempat," pungkas dia.
(bgs/bgs)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini