"Kita berangkat dari Jakarta kemudian mengecek satu persatu dan berhenti di Cirebon. Kita cek kesiapan stasiun-stasiun besar yang nantinya akan menerima penumpang untuk angkutan Lebaran. Secara prisnsip, karena ini pekerjaan rutin, mereka siap," kata Edi saat tiba di Stasiun Tawang menggunakan kereta inspeksi, Senin (22/5/2017) malam.
Dalam mengecek kesiapan stasiun, Edi juga melihat fasilitas umum seperti toilet dan ruang kesehatan. Ia juga menyempatkan berbincang dengan penumpang maupun calon penumpang.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kita kerahkan pasukan atau kru untuk menjaga. Salah satu yang diperhatikan adalah lintasan. Perlintasan sebidang ini sangat membahayakan karena ketika saudara-saudara kita mau pulang ke kampung, ini kan padat. Harus ada penjagaan baik di perlintasan resmi maupun tidak," jelasnya.
Sementara itu Direktur Keselamatan DJKA, Eddy Nursalam menambahkan ada perintah dari Menteri Perhubungan untuk menutup perlintasan sebidang. Saat ini jumlah perlintasan sebidang di seluruh Indonesia mencapai 6.000 titik.
"Sudah dimulai (penutupan perlintasan sebidang) akhir tahun (2016). Dimulai dari sekitar Jakarta ada 19 titik," kata Eddy.
Penutupan perlintasan sebidang memang tidak bisa dilakukan seketika karena harus dikoordinasikan dengan pemerintah daerah setempat yang punya wewenang dan melihat apakah ada jalan lain yang bisa diakses warga. Oleh sebab itu penutupan saat ini diprioritaskan yang sudah memiliki fly over, underpass atau yang dekat dengan perlintasan resmi.
"Kita sulit kalau tidak ada alternatif, masyarakat mau lewat mana," katanya.
Eddy juga menyampaikan, perlintasan sebidang terus bertambah karena banyak warga yang membuatnya sendiri tanpa melalui prosedur yang benar dan hasilnya berbahaya.
"Pembangunan perlintasan sebidang harus ada izin. Kalau tidak, wajib tutup," pungkas Eddy. (alg/bgs)











































