Ritual tersebut diawali pembacaan doa di Joglo Parangtritis, Selasa (9/5/2017) siang. Berbagai sesaji, gunungan buah-buahan, nasi tumpeng, kain dan patung Dewi Sri ditempat di joglo saat doa bersama dilantunkan. Warga Parangtritis memanjatkan doa dan agar berharap hasil bumi dan tangkapan laut melimpah.
Usai doa bersama, umbo rampe labuhan dibawa warga menuju Kompleks Cepuri Parangkusumo dengan berarak-arakan di pinggir pantai. Sesampainya di Cepuri, juru kunci memimpin doa bersama. Setelah itu semua umbo rampe labuhan dilarung ke Pantai Parangkusumo. Saat semuanya dilarung ke tengah laut, ratusan warga memperebutkannya. Mereka percaya semua barang yang didapat saat labuhan akan disimpan di rumah.
"Labuhan ini dipersembahkan buat penguasa laut selatan," kata Ketua Panitia, Mas Penewu Suraji Parang Pertomo.
Salah satu wisatawan, Giarto, mengatakan prosesi Ritual Bekti Pertiwi Pisungsung Jaladri menarik bagi wisatawan. Meski dia mengaku kerap menyaksikan ritual ini, nyatanya tetap menarik disaksikan. "Sebenarnya saya sering lihat Pisusung Jaladri, tapi sekarang kelihatan lebih meriah dan menarik dilihat wisatawan," katanya.
Sebab itu, dia berharap tradisi ratusan tahun ini terus dilestarikan masyarakat setempat. Selain sebagai upaya nguri-nguri kebudayaan, acara ini bisa menarik wisatawan berkunjung ke kawasan Pantai Parangtritis. "Tradisi ini sekaligus menunjukkan masyarakat Parangtritis bisa menjaga tradisinya," pungkas dia (bgs/bgs)