Keluhan Sopir Taksi yang Kalah Bersaing dengan Taksi Online

Keluhan Sopir Taksi yang Kalah Bersaing dengan Taksi Online

Edzan Raharjo - detikNews
Rabu, 03 Mei 2017 14:02 WIB
Foto: Edzan Raharjo/detikcom
Yogyakarta - Adanya taksi online yang tidak ada izin trayek dikeluhkan para sopir taksi konvensional. Taksi online mematok tarif di bawah argo resmi. Sementara itu taksi pelat kuning yang mengantongi surat izin resmi haru mematuhi peraturan atau surat keputusan Gubernur DIY.

"Taksi resmi di Yogyakarta jumlahnya sekitar 1.000 armada. Kami ada izin trayek, kendaraan juga di kir dan terdata semua," kata koordinator aksi Rudi Kamtono kepada wartawan disela-sela aksi di Jalan Malioboro, Rabu (3/5/2017).

Sementara itu kata Rudi, taksi online jumlahnya tidak diketahui, tidak terdaftar dan tidak punya izin trayek. Selain itu, tarif taksi online di bawah ketentuan yang ditetapkan pemerintah DIY bersama Organda DIY.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Kita sudah kolaps untuk mencari uang, dengan tidak diaturnya taksi online," katanya.

Rudi menuturkan masalah turunnya pendapatan hampir semua dikeluhkan oleh para sopir taksi resmi. Untuk mencari pendapatan Rp 100 ribu per hari, saat ini sangat sulit.

"Pendapatan kami turun drastis hingga 80-90 persen. Dulu cari uang Rp 500 ribu sehari gampang, sekarang kita cari Rp 100 ribu saja sudah sulit," katanya.

Menjamurnya taksi online di DIY berdampak pada menurunya pendapatan sopir taksi konvensional. Mereka mengaku, pendapatanya turun 90% sejak taksi online semakin bertambah banyak di Yogyakarta.

Hal senada juga diungkapkan Ketua Paguyuban Pengemudi Taksi DIY, Sutiman, saat ini sangat sulit untuk mencari pendapatan karena kalah bersaing dengan taksi online yang menawarkan tarif sangat murah. Jika kondisi ini terus dibiarkan, taksi resmi akan habis dan tidak bisa bertahan lagi. Selain itu mereka juga mendapatkan bonus jika mendapatkan banyak pelanggan.

"Awalnya turun 70 persen, 80 persen, sekarang 90 persen. Kita sudah tidak bisa setor," kata Sutiman.

Saat menunggu 15 orang perwakilan untuk berdialog dengan pejabat Pemda DIY, peserta aksi sempat melakukan salat dzuhur berjamaah di Jalan Malioboro. Spanduk di gunakan untuk alas salat.

Usai salat peserta aksi melanjutkan orasi bergantian. Sebagian peserta lainnya memilih duduk-duduk di pinggir jalan bergerombol. (bgs/bgs)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.
Hide Ads