"Bukan itu (tentara Cina menyerbu Indonesia), tapi tantangan kita ke depan yang harus dihadapi sekarang ini agar tidak jadi ancaman," ungkap Salim seusai seminar nasional 'Kedaulatan Indonesia: Menyongsong Seabad Kemerdekaan, Cita-cita, Kenyataan, dan Langkah ke Depan', di University Club (UC) Universitas Gadjah Mada (UGM), Sabtu (29/4/2017).
Sebagai seorang pengamat dan ahli militer di Indonesia, dia kemudian cerita mengenai sejarah soal penumpasan pemberontakan DI/TII Kahar Muzakar di Sulawesi Selatan. Pada awalnya pemerintah Indonesia mengirimkan tentara dari Jawa Tengah dan Jawa Timur. Namun upaya itu tidak berhasil.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Namun lanjut dia, kemudian didatangkan tentara dari Jawa Barat, pasukan Siliwangi yang sebagian besar adalah orang-orang Sunda. Orang Sunda mempunyai kultur sebagai seorang muslim taat. Pemberontakan akhirnya berhasil ditumpas dan Kahar Muzakar ditembak mati.
"Mereka berhasil karena mau mendatangi tokoh-tokoh masyarakat, membantu memperbaiki masjid sehingga provokasi Kahar Muzakar mengenai tentara dari Jawa yang komunis itu tidak terbukti. Kasus Aceh juga demikian sehingga banyak jatuh korban," kata Salim didampingi Ketua IHN Sudirman Said.
Menurut Salim, tantangan yang dihadapi Indonesia ke depan adalah mengelola tantangan itu dengan baik. Dengan demikian tantangan tersebut tidak menjadi sebuah ancaman.
Dia mengatakan Indonesia sudah merdeka lebih dari 70 tahun. Proses menjadi Indonesia itu terus berjalan.
"Kita saat ini belum jadi Indonesia. Baru mau jadi Indonesia. Itu seperti halnya lapisan es di danau atau sungai di Eropa saat musim dingin. Lapisan yang membeku tidak sekaligus tapi bertahap. Ini yang sekarang terjadi di Indonesia. Tapi kalau tantangan tidak bisa kita hadapi, akan jadi ancaman," katanya. (bgs/bgs)








































.webp)













 
             
  
  
  
  
  
  
 