"Sekarang ini kerap kita jumpai perbedaan yang menjadikan warga jadi terkotak-kotak," ungkap Haedar seminar nasional dan lokakarya yang digelar Ikatan Harkat Negeri (IHN) di University Club (UC), Universitas Gadjah Mada (UGM), Sabtu (29/4/2017).
Menurutnya harus ada langkah nyata dalam melakukan rekonstruksi kebangsaan. Dalam rekonstruksi kebangsaan tersebut perlu ada nilai-nilai yang ditawarkan sebagai perekat kebangsaan. "Rekonstruksi itu harus ada nilai yang bermakna, bukan sekedar langkah pragmatis saja," ungkapnya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Jika egoisme sepihak yang dikedepankan, rekonstruksi kebangsaan ini sulit terealisasi. Ini memang tidak sederhana, di saat warga negara banyak yang tergerus egoisme tinggi," katanya.
Sementara pengamat politik Mochtar Pabottingi menambahkan masyarakat harus rajin ber-iqra' atau rajin membaca. Sebab pangkal persoalan bangsa saat ini banyak orang yang tidak mau belajar, sehingga menjadikan mereka mudah terbelah. Padahal keberagaman adalah fakta historis masyarakat. "Perlu kerendahan hati untuk dapat menerima berkeragaman," katanya.
Dia membandingkan antara generasi sekarang dengan para pendiri bangsa. Founding father dulu sangat ramah dengan tradisi iqra', belajar. Berbekal tradisi iqra' inilah mereka berhasil merumuskan Pancasila, yang menjadi ideologi negara sampai sekarang. "Saat ini sangat susah mencari (gagasan) sevisioner Pancasila," katanya.
Dia meminta segenap masyarakat memegang teguh Pancasila. Bila tidak, dia yakin negara ini lambat laun hancur. Karena tidak ada lagi perekat keberagaman di tengah-tengah masyarakat.
"Lihat saya negara-negara muslim (di Timur Tengah), di sana tidak ada persaudaraan yang mapan (kerap terjadi perang)," kata Muchtar.
Semenetara Ketua IHN, Sudirman Said berharap forum yang dihadiri 17 perguruan se-Indonesia dan 15 lembaga ini bisa memunculkan pemikiran dan ide-ide segar untuk menyongsong seabad kemerdekaan Indonesia. Sebab persoalan yang dihadapi bangsa ini hingga usia ke-71 itu masih banyak.
"Sampai 30 tahun ke depan, kita perlu mencarikan solusi nyat untuk membenahi arah pembangunan Indonesia. Ini persoalan kita bersama yang jadi pemikiran bersama pula," pungkas Sudirman. (bgs/bgs)











































