Keraton Yogyakarta hari ini menggelar labuhan di tiga tempat, yakni Parangkusumo, Gunung Merapi dan Gunung Lawu. Semua uba rampe labuhan hari diberangkatkan ke tiga tempat tersebut dari keraton Kamis(27/4/2017). Peringatan jumenengan dalem atau naik tahta Sultan HB X dilakukan setiap tahun sekali pada tanggal 29 Rajab berdasarkam kalender Jawa.
Prosesi labuhan diikuti para abdi dalem keraton. Sebelum labuhan, dilakukan upacara serah terima kepada juru kunci di pendapa dekat Cepuri Parangkusumo untuk didoakan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Yang dilabuh yakni ageman dalem seperti potongan rambut, kuku, kemben, surjan, jarit. Busana Sultan yang dilabuh adalah yang sudah tidak dipakai," katyanya.
Menurut dia, labuhan mengandung arti melabuh atau membuang sesuatu barang. Labuhan berarti membuang sesuatu yang jelek dengan harapan mendapat kebaikan untuk diri sendiri dan masyarakat.
"Yang dilabuh adalah kagungan dalem atau milik Sultan," katanya.
Usai serah terima di pendapa, kemudian dilakukan doa di Cepuri Parangkusumo yang dilakukan semua abdi dalem bersama juru kunci. Seusai dari cepuri, rombongan berjalan menuju pinggir Pantai Parangkusumo. Barang-barang yang dilabuh yang ditaruh di atas tandu yang dibawa Tim SAR Parangtritis itu langsung di bawa menuju ke tengah laut.
Setelah di labuh dan di buang di laut, ratusan warga pun barang-barang yang dilabuh itu kembali ke pinggir pantai saat terbawa gelombang. Saat barang-barang tersebut kembali langsung menjadi rebutan.
Semua barang yang sudah dilabuh dari bunga seteman, sesaji hingga barang-barang milik sultan yang dilabuh menjadi rebutan warga. Mereka pun akan menyimpan barang-barang tersebut. (bgs/bgs)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini