Sepasang pengantin tebu yang dikawinkan itu diberi nama Kyai Sukro. Sedangkan tebu pengantin perempuan diberi nama Nyai Manis. Sepasang pengantin tebu ini diijab kabulkan di Masjid an-Nur, Desa Tirtonirmolo, Kecamatan Kasihan, Jumat (21/4/2017) sore.
Rangkaian tradisi Cembengan untuk mengawali musim giling-suling ini digelar tiap tahun di Madukismo disambut antusias masyarakat saat diarak menuju pabrik. Cembengan merupakan ritual tiap tahun untuk meminta keselamatan dan hasil gula yang baik.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Tradisi ini kami rawat karena kami ingin menjaga tradisi yang sudah ada serta doa untuk keselamatan selama musim giling tahun ini menghasilkan gula yang banyak," katanya.
Rencananya proses penggilingan tebu di Pabrik Gula Maduksimo sendiri mulai dilakukan Sabtu Legi (6/5/2017) dan diharapkan selesai akhir Oktober 2017. Diperkirakan proses penggilingan berlangsung sekitar 160 hari, dengan kapasitas giling rata-rata 3.500 ton tebu per hari.
Menurut Tebu Kyai Sukro dan Nyai Manis yang dinikahkan, bakal dijadikan sebagai tebu pertama yang digiling. Setelahnya sebanyak 550 ribu ton tebu menyusul digiling. Tebu sebanyak itu didatangkan dari 10 kabupaten di DIY dan Jawa Tengah, seperti Kabupaten Bantul, Sleman, Kulonprogo, Gunungkidul, Magelang, Temanggung, Purworejo, Kebumen, Purbalingga, dan Sragen.
"Target kami tahun ini kami bisa menghasilkan gula sebanyak 39.325 ton, selain itu kami juga akan mengolah raw sugar sebanyak 23.500 ton. Gula yang dihasilkan nanti, bakal digunakan untuk memenuhi kebutuhan gula di DIY dan Jawa Tengah," katanya. (bgs/bgs)