Hidupi Tiga Anak, Mundariah Gendong 50 Keranjang Pasir Tiap Hari

Hidupi Tiga Anak, Mundariah Gendong 50 Keranjang Pasir Tiap Hari

Pertiwi - detikNews
Jumat, 21 Apr 2017 13:23 WIB
Foto: Pertiwi/detikcom
Yogyakarta - Tidak ada yang berbeda bagi Ny Mundariah (50) perempuan asal Kecamatan Mungkid, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah di saat orang lain memperingati Hari Kartini. Pekerjaan rutin di rumah dan mencari pasir di sungai dilakoninya setiap hari.

Warga Dusun Srowol, Desa Progowati Kecamatan Mungkid, Kabupaten Magelang itu tetap bangun pagi untuk menyelesaikan aktivitas dapur dan langsung pergi ke sungai untuk mencari pasir.

Mundariah adalah salah satu dari ratusan penambang manual yang setiap hari menggantungkan hidup dari mencari pasir sisa erupsi Gunung Merapi. Pasir-pasir dari huku di Gunung Merapi itu masih terus mengalir di sungai-sungai di sekitar Magelang.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Pasir Merapi menjadi tumpuan hidup mereka tanpa mempedulikan panas terik sinar matahari. Setiap hari pasir dikeruk secara manual kemudian dijual kepada pembeli yang datang ke sungai.

Berbekal slenggrong/sekop kecil, keranjang bambu, caping, dan selendang, ibu tiga anak itu siap bergabung dengan rekan-rekannya sesama penambang manual di alur Sungai Pabelan, tepatnya di bawah jembatan gantung Srowol, Kecamatan Mungkid. Di lokasi tersebut, biasa terlihat lima hingga tujuh penambang manual yang seluruhnya adalah wanita, termasuk Mundariah.

Meski jam baru menunjukkan pukul 06.00 WIB, tMundariah seakan tak kaget lagi dengan hawa dingin air yang langsung membasahi sebagian tubuhnya ketika memasuki kedalaman air sungai. Pelan dan bertenaga, tangannya langsung mengangkat pasir yang tertangkap slenggrongnya. Pasir-pasir itu kemudian dimasukkan ke dalam keranjang.

Setelah dirasa penuh, pasir basah dalam keranjang digendongnya menuju ke tepian sungai untuk dikumpulkan bersama pasir yang lebih dulu terkumpul. Dia mengulangi aktivitas tersebut hingga puluhan kali. Rata-rata 50 keranjang setiap hari, dan tak pernah mengeluh.

"Ya mau bagaimana lagi, pekerjaan yang lain tidak ada," tutur Mundariah polos.

Mundariah mengakui dirinya sudah terbiasa mencari pasir sejak sekitar 30 tahun lalu. Dia tidak berniat mencari pekerjaan lain. Dia tak memiliki ketrampilan kerja sehingga memilih menekuni pekerjaan berat itu. Meski risiko yang harus ditanggung lebih besar dibanding hasil yang didapat.
Saat terjadi hujan dengan intensitas tinggi di hulu sungai, banjir bisa sewaktu-waktu terjadi dan menyeret apa pun di sepanjang aliran sungai. Bila banjir para penambang manual harus segera menepi dan menghentikan aktivitas menambah di tengah sungai.

"Pernah saat terjadi banjir besar, saya masih menambang. Beruntung ada pemberitahuan sehingga saya bisa menyelamatkan diri. Tapi pasir yang sudah saya kumpulkan hanyut semua terbawa banjir," kenang Mundariah.

Tak kapok, hari selanjutnya setelah banjir, penambang kembali terjun ke sungai dan mencari pasir di tempat yang sama. Seberapa pun besarnya risiko, Mundariah mengaku tetap bertahan dan bekerja mencari pasir untuk menghidupi keluarga. Suaminya sudah meninggal akibat kecelakaan 10 tahun yang lalu.

"Anak saya tiga orang, satu sudah bekerja di Yogyakarta. Yang dua masih sekolah SMP dan SMA. Kebutuhan masih banyak," tuturnya.

Jika dihitung secara nominal, penghasilannya sebagai penambang manual sangatlah pas-pasan. Bahkan kurang jika harus dipergunakan untuk membiayai hidup dan sekolah anak-anaknya.

Setiap satu bak truk, pasir biasa dihargai Rp 600 ribu. Sedangkan satu bak mobil pick up, pasir dihargai Rp100-150 ribu. Untuk mengumpulkan pasir sebanyak satu bak truk, dibutuhkan waktu selama 1-1,5 bulan. Untuk satu bak mobil pick butuh waktu sekitar satu minggu.

"Itu kadang tidak langsung terjual dan menunggu pembeli. Kalau baru banyak butuh ya harus gali lubang tutup lubang," ungkapnya.

Dengan ritme kehidupan yang sedemikan beratnya, Mundariah mengaku masih tetap bersemangat demi ketiga anaknya. Dia merasa beruntung meski dilahirkan sebagai seorang perempuan, seperti Kartini.

"Tetap bertahan dan semangat menjalani hidup ini," pesannya.














(bgs/bgs)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.
Hide Ads