Orang Jawa datang ke Suriname menjadi buruh perkebunan milik orang-orang Belanda. Mereka datang secara bergelombang sejak akhir tahun 1890 hingga 1939 atau menjelang Perang Dunia (II) pecah.
Foto-foto orang Jawa yang berangkat ke Suriname dan kehidupan menjadi buruh perkebunan hingga tinggal di barak-barak ditampilkan dalam kegiatan Diaspora Jawa III, 2017 berlangsung di Benteng Vredeburg Yogyakarta hingga 23 April 2017. Foto-foto itu adalah sebagian dari anak-anak muda dari Jawa yang diberangkatkan menggunakan kapal secara bergelombang ke Suriname.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Menurut dia, kedatangan orang Jawa pertama kali pada awal tahun 1890-an sebanyak 94 jiwa. Hampir setiap tahun ada banyak kapal dari Hindia Belanda berangkat ke Suriname hingga tahun 1939.
"Ada puluhan ribu orang Jawa yang jadi buruh perkebunan milik orang Belanda di Suriname," katanya.
Saat ini orang keturunan Jawa di Suriname mencapai 90 ribu jiwa. Sebagian ada yang pindah ke Belanda dan menjadi warga Belanda setelah Suriname merdeka tahun 1975.
"Kira-kira sekarang ada 72 ribu orang keturunan Jawa. Penduduk terbesar ketiga di Suriname," kata Harriette dalam acara Javanese Diaspora III atau Diaspora Jawa "Ngumpulke Balung Pisah " di Museum Benteng Vredeburg Yogyakarta, Selasa (18/4/2017).
Dia mengatakan foto-foto yang ditampilkan di pameran adalah foto orisinil orang-orang muda Jawa, lelaki dan wanita yang menjadi buruh di Surainame. Mereka ada yang diambil dari pasar-pasar di berbagai wilayah di Jawa. Mereka pun ada yang tidak sempatan pamitan dengan keluarga, karena langsung diangkut ke pelabuhan-pelabuhan.
"Di Suriname, mereka dijadikan kuli di perkebunan-perkebunan. Data di Belanda tercatat dengan detil mulai tahun 1918 hingga 1939. Ada foto, nama, asal, umur, jenis kelamin, tanggal pemberangkatan dan nama kapal," katanya.
Sebagian besar orang Jawa yang berangkat ke Suriname ada yang berasal dari Kutawinangun, Prembun Kabupaten Kebumen, Gumelem Banyumas, Purbalingga, Magelang, Blitar, Mojokerto dan Sidoarjo Jawa Timur.
Di pameran tersebut terpasang foto setengah badan dengan nama Arsasemita, nama kecil Boegil, jenis kelamin pria, umur 28 tahun. Selanjutnya asal Banyumas. Tulisan di bawahnya nama daerah Poerbolinggo (Purbalingga) dengan nama Desa Penitjan. Kota keberangkatan dari Tanjungpriok, tgl 5 Mei 1925, nama kapal Blitar tujuan Paramaribo.
Ada lagi nama Wangsawikrama, nama kecil Sakin, pria, umur 25 tahun. Asal daerah Banyumas, Poerbolinggo (Purbalingga), kebertangakatan Tanjungpriok, 20 Agustus 1924. Namu kapal Simaloer tujuan Paramaribo.
Foto lainnya ada nama Wisadinama, nama kecil Santo. Jenis kelamin pria, umur 29 tahun. Asal daerah Banyumas, Poerbolinggo (Purbalingga) Desa Tojareka (Toyareka). Tanggal kebarngkatan dari Tanjung Mas, Semarang, tanggal 15 Oktober 1918 dengan kapal Karimata, tujuan Paramaribo. (bgs/bgs)