"Buka (bengkel) setiap hari, minggu tutup. Tapi kalau ada tanggungan pekerjaan ya tetap dikerjakan malam juga," ujar pemilik Bengkel Arjuna, Widi Rahmanto, Rabu (22/3/2017).
Bengkel yang terletak di Gesikan, RT 04 RW 04, Sidomoyo, Godean, Sleman tersebut baru berdiri dua tahun yang lalu. Namun kiprah Widi di dunia kereta kuda sudah berlangsung selama 12 tahun.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sejak duduk di kelas 3 SD, Widi sudah membantu ayahnya di bengkel tersebut. Sehingga dengan sendirinya dia mempelajari setiap detail bagian kereta kuda.
Meski begitu, ketika beranjak dewasa Widi mengaku tak tertarik menjadikan jasa memperbaiki dan membuat kereta kuda sebagai mata pencariannya. "Hingga bapak sakit pada 2005, diopname. Padahal sudah menyanggupi pesanan satu kereta," ujarnya.
Pesanan itu akhirnya diambil alih oleh Widi. Kereta pesanan seseorang dari Solo ini menjadi kereta pertama yang dibuatnya. Mulai saat itulah, Widi menyadari ada rasa senang dan kepuasan secara pribadi ketika mengerjakan kereta kuda.
"Akhirnya saya cinta dengan pekerjaan ini. Tidak terpikir mengambil pekerjaan lain. Hingga bapak meninggal, lalu saya memutuskan mendirikan bengkel sendiri di Godean ini. Sedangkan bengkel peninggalan bapak diteruskan kakak," lanjut Pria beranak tiga itu.
Widi memilih Godean karena dia melihat peluang pasar yang menjanjikan. Dari perhitungannya, setidaknya terdapat tidak kurang dari 65 orang pemilik andong di daerah itu, namun belum ada bengkelnya. Widi membidik peluang itu.
![]() |
Dalam sebulan, Widi mengaku rata-rata mampu membuat dua kereta dan memperbaiki 5 kereta kuda. Namun dia mengaku lebih mengutamakan layanan perbaikan kereta jenis andong milik warga umum daripada mengerjakan pesanan kereta jenis kereta kirab.
"Karena kasihan kalau andong kelamaan di sini. Ini untuk cari makan. Pemiliknya kan dapat uang dari andong," ujarnya.
Pesanan pembuatan atau perbaikan juga terus mengalir. Saat ini saja dia sudah menanggung kesanggupan pembuatan 3 buah kereta yang belum sempat dikerjakan. Padahal pesannya sudah lebih dari 1,5 bulan lalu.
"Andong buatan kami seharga sekitar Rp 50 juta, kalau model kereta kencana (kereta kirab) harganya mencapai Rp 160 juta. Untuk kualitas nomor satu, andong dan kereta 100 persen menggunakan kayu jati. Tapi tergantung pesanan. Ada juga kereta kuda yang dipesan untuk properti film, sehingga tidak harus kualitas nomor satu," imbuhnya.
![]() |
Saat ini Widi hanya dibantu dua orang asisten di bengkelnya. Satu asisten memiliki keahlian di perkayuan dan pengelasan. Sedangkan satu orang lainnya adalah ahli tempa atau pandai besi.
"Sebenarnya ya kalau dipikir kurang orang, kurang. Tapi saya tidak ingin nambah orang. Daripada hasilnya malah tidak maksimal," kata Widi. (sip/mbr)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini