Dalam kejuaraan tersebut para peserta harus merakit mobil irit bahan bakar. Keiritan bahan bakar dites melalui balapan. UNS tampil dengan mobil hitam yang diberi nama Samudra IV. Mobil tersebut didesain aerodinamis agar tetap melaju kencang.
Manajer tim, Genta Praha Picasso, mengatakan bahwa Bengawan Team UNS masuk dalam kelas Internal Combustion Engine. "Ada dua kompetisi yang kita ikuti. Pertama, Shell Eco-marathon, lalu lolos ke DWC Asia," katanya, Selasa (21/3/2017).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dalam DWC Asia, mereka harus mengikuti beberapa uji, antara lain uji pengereman. Mobil harus melaju dengan kecepatan 50 km/jam. Kemudian mobil harus bisa berhenti dalam jarak 20 meter setelah direm. Mereka pun lolos ke tahap kualifikasi.
Pada babak kualifikasi, masing-masing tim diberi jatah bahan bakar terbatas. Bengawan Team UNS sebenarnya tidak dapat berhenti di finis. Beruntung, hanya enam tim yang bisa finis. "Ada delapan tim yang lolos. Sementara kita berada di peringkat ketujuh," ujarnya.
Di babak final, mereka belajar dari kesalahan dalam babak kualifikasi. Para mahasiswa Teknik Mesin dan Pendidikan Teknik UNS itu menggunakan trik agar tidak kehabisan bahan bakar sebelum finish.
"Pada kualifikasi, kita dari awal gas kencang, akibatnya tidak sampai finis. Di final, kita gas secara konstan. Saat sudah kencang, mesinnya kita matikan. Di sini fungsi aerodinamis berfungsi. Ketika mulai pelan, kita gas lagi. Saat di lap terakhir, kita bermain total. Akhirnya dapat juara dua," ungkapnya.
Tim yang beranggotakan tujuh mahasiswa UNS itu berhak mengikuti DWC tingkat dunia di London, Inggris, 24 Mei 2017 mendatang. Dua tim lain di peringkat teratas juga berhak mengikuti DWC London, yakni Tim DLSU Filipina dan Tim Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya. (mbr/mbr)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini