Johan Kristanto (30) warga Tugu Semarang terkejut ketika mengendarai motor memboncengkan keponakannya tiba-tiba diminta menepi oleh polisi yang menggelar operasi Zebra Candi. Ia lebih kaget lagi ketika Kapolrestabes Semarang, Kombes Pol Djihartono datang menghampirinya, padahal Johan merasa kelengkapan berkendarannya sudah komplit.
Ternyata bukan sanksi yang didapat oleh Johan, tapi justru hadiah berupa helm fullface. Tidak ketinggalan keponakan Johan yang membonceng di depan juga mendapatkan helm baru ukuran anak-anak.
"Surprise sekali, ini habis jemput keponakan sekolah. Saya kaget karena sudah lengkap. Dia (keponakannya) saya pakaikan helm karena nyawa kami sama-sama penting," kata Johan saat berada di lokasi operasi di Jalan Pandanaran Semarang, Selasa (9/12/2014).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Djihartono mengatakan, hadiah tersebut menunjukkan penghargaan kepolisian kepada masyarakat yang menaati peraturan lalu lintas. Hadiah berupa helm juga diberikan kepada tukang ojek di daerah Papandayan agar penumpangnya juga mengenakan helm saat perjalanan.
"Tidak semata-mata penegakan dengan menilang. Dari sisi lain memberi penghargaan kepada yang tertib lalu lintas. Pengendara motor misalnya surat-surat dan helm, kemudian pengemudi mobil memakai seat belt," tandas Djihartono.
"Anak kecil juga harus berhelm," timpal Kasatlantas Polrestabes Semarang, AKBP Pungky Bhuana.
Selama 14 hari operasi Zebra Candi 2014, lanjut Djihartono, pelanggaran lalu lintas di Kota Semarang mencapai 9.600 lebih pelanggaran. Mayoritas pelanggaran dilakukan oleh pengendara kendaraan roda dua.
"Jenis pelanggaran banyak tidak bawa dokumen dan tidak bawa helm," pungkas Djihartono.
Di hari terakhir operasi Zebra Candi 2014 ini, dari pantauan detikcom di Jalan Pandanaran pelanggaran cukup bermacam dari surat tidak lengkap, tidak bawa helm, becak motor, dan ada pula mobil pelat merah yang diganti pelat hitam. Mobil itu dihentikan polisi militer yang membantu operasi dan meminta pengemudi mengganti pelat seperti semula.
(alg/try)