"Dengan meningkatnya aktivitas vulkaniknya, maka magma terangkat dan kini pada kisaran 1 km dari bibir kawah. Tremor yang terus menerus selama tiga hari terakhir itu merupakan pelepasan gas-gas dari magma yang sudah berada di permukaan," kata Kepala Tim Tanggap Darurat Gunung Slamet Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Imam Santosa, Jumat (29/8/2814).
Secara visual, lanjut dia, indikator pelapasan gas tersebut dapat terlihat dari adanya sinar api. Pada jam 00.00 WIB hingga 06.00 WIB terlihat setidaknya 104 kali sinar api yang muncul dari kawah Gunung Slamet. Sinar api tersebut juga merupakan indikator adanya letusan magmatik yang memang telah berada di permukaan. Namun, sampai sekarang letusan Gunung Slamet masih sesuai dengan karakternya yakni letusan strombolian yang diikuti letusan gas.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dari pengamatan di Pos Pengamatan Gunung Api (PGA) Slamet di Gambuhan, Pemalang, menyebutkan jika dalam tiga hari hari terakhir terus terjadi gempa tremor embusan. Sementara mulai jam 00.00 WIB hingga 06.00 WIB gempa tremor terus terjadi pada amplitudo 2-40 milimeter (mm) dengan dominan 15 mm. Sedangkan pada jam 06.00 WIB hingga 12.00 WIB tremor juga masih terus terjadi dengan amplitudo 4-35 mm dan dominan pada 25 mm.
Sementara menurut Kepala Badan Geologi Kementerian ESDM Surono mengharapkan aktivitas Gunung Slamet tetap sama meskipun terjadi tremor menerus dalam beberapa hari terakhir.
"Mudah-mudahan aktivitasnya tetap sama, energinya hanya untuk embusan asap dan untuk lontaran material pijar saja," katanya.
Menurut dia, aktivitas Gunung Slamet masih tinggi yang terlihat dari masih banyaknya gempa yang terekam dan terekamnya tremor menerus.
"Tremor dan gempa merupakan cara gunung api himpun energi," ungkapnya.
(arb/try)