Refleksi 16 Tahun Reformasi, Ini Analisis Ichlasul Amal

Refleksi 16 Tahun Reformasi, Ini Analisis Ichlasul Amal

- detikNews
Selasa, 20 Mei 2014 20:26 WIB
Foto: Bagus Kurniawan/detikcom
Yogyakarta - Tujuan reformasi yang ditandai turunnya HM Soeharto dari jabatan Presiden RI pada tahun 1998 atau 16 tahun lalu, telah sepenuhnya tercapai. Namun reformasi dan demokrasi belum sempurna.

Hal itu diungkapkan pakar politik Universitas Gadjah Mada (UGM) yang juga mantan Rektor UGM Ichlasul Amal dalam peringatan 16 tahun reformasi di kampus UGM, Selasa (20/5/2014).

"Final goalnya belum ada. Reformasi dan demokrasi yang berjalan sekarang ini belum ada tujuan akhir," ungkap Amal.

Amal mengatakan pada awalnya tujuan reformasi tahun 1998 cukup beragam, mulai dari menurunkan Presiden Soeharto, pemberantasan Korupsi Kolusi Nepotisme (KKN), revolusi, hingga menentang militer. Gerakan reformasi tahun 1998 merupakan satu jalan yang harus ditempuh untuk memperbaiki sistem kepemimpinan nasional.

Amal menolak pandangan bahwa kehidupan masyarakat Indonesia lebih sejahtera pada waktu kepemimpinan Presiden Soeharto dibandingkan sekarang. Korupsi yang merajalela saat ini tidak bisa dijadikan indikasi pada era Soeharto lebih baik. Menurutnya korupsi saat itu juga terjadi namun hanya terpusat.

Menurutnya, presiden tidak bisa bertahan hingga 32 tahun. Ibarat kalau berobat ke dokter, orang bisa tetap mati, tetapi tetap punya kesempatan untuk hidup juga. "Reformasi adalah jalan satu-satunya dan kita tidak bisa kembali lagi," kata mantan Ketua Dewan Pers itu.

Menurutnya seiring lahirnya reformasi, demokrasi serta desentralisasi tindak pidana korupsi akan banyak terjadi di daerah. Untuk itulah peran Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) perlu ditingkatkan lagi.

Dia juga menyoroti hubungan antara eksekutif dan legislatif. Hubungan antar kedua lembaga itu harus seimbang atau tidak boleh saling adu kekuatan.

"Harus seimbang antara eksekutif dan legislatif. Kalau legislatifnya yang lebih kuat korupsi juga masih akan banyak terjadi," kata dia.

Dia meminta masyarakat masih harus bersabar untuk bisa merasakan 'buah' dari reformasi. Langkah-langkah menuju perbaikan saat ini sudah mulai terlihat dan dirasakan hasilnya, seperti hadirnya KPK, kebebasan berpendapat, militer yang tidak lagi sewenang-wenang serta perbaikan sistem keuangan negara. Kepemimpinan nasional yang akan segera berganti pada pilpres mendatang diharapkan bisa semakin membawa Indonesia ke arah yang lebih baik sebagaimana cita-cita reformasi.

(bgs/try)



Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Hide Ads