Djoko Kirmanto mengatakan, pembangunan waduk Jatibarang di Semarang didasari oleh bencana banjir besar yang melanda kota Semarang pada tahuun 1973, 1988, 1990, dan 1993. Pada tahun 1992 - 1993 master plan pembuatan waduk serba guna yang dialiri air dari sungai kreo.
"Pada tahun 1990 korban jiwa mencapai 47 orang. Pemerintah Jawa Tengah kemudian bertekad dan membuat master plan tahun 1992-1993," kata Djoko dalam sambutannya pada acara Pengisian Awal Waduk Jatibarang dan Memperingati Hari Air Dunia XXII di Waduk Jatibarang Semarang, Senin (5/5/2014).
Sebelum pembangunan waduk yang terletak di Kelurahan Kandri Kecamatan Gunungpati itu dimulai, dilakukan pengalihan aliran sungai kreo sehingga lokasi di Pembangunan Bendungan terbebas dari genangan air sungai. Pengalihan dilakukan dengan membuat terwongan pengelak (Diverdion tunnel) sepanjang 421 meter dengan diameter 5,6 meter di mana konstruksi dimulai tahun 2010 dan selesai 2011, setelah itu dibuat bendungan pengelak (coffer dam) sehingga air masuk ke dalam terowongan.
Setelah lokasi bendungan bebas dari aliran air sungai, pembangunan mulai dilakukan bulan Agustus 2011 lalu dan selesai bulan Desember 2013. Berikutnya dilakukan penutupan terowongan pengelak jika bendungan dan bangunan pelengkap selesai.
Pengisian awal waduk adalah proses yang sangat menentukan dalam pembangunan bendungan karena merupakan tahap uji perilaku bendungan. Pengisian waduk di musim kemarau diperkirakan memerlukan waktu sekitar tujuh bulan untuk mencapai elevasi air normal yaitu pada elv 149,3 meter.
Waduk Jatibarang nantinya akan mengurangi banjir khususnya di Semarang tengah dengan desain banjir 170 m3 per detik. Waduk tersebut juga mampu menampung total air sebanyak 20,4 juta m3 dan menyediakan air baku khususnya untuk wilayah Semarang Barat sebanyak 1.050 liter per detik. Ada pun potensi pembangkit listrik tenaga mikro hidro sebesar 1,5 MW yang bisa menunjang operasional waduk.
Bangunan waduk baru itu memiliki tinggi 74 meter, panjang puncak 200 meter, dan lebar puncak 10 meter. Dana yang dihabiskan untuk membangun waduk Jatibarang dan bangunan perlengkapannya mencapai Rp 655 miliar bantuan dari JICA, Jepang.
Sementara itu Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo mengatakan pihaknya hanya meneruskan proyek yang sudah dimulai sejak kepemimpinan Gubernur Jawa Tengah, Bibit Waluyo. Ia menilai waduk tersebut unik karena berada di dekat kota dan nantinya bisa menyelesaikan banyak permasalahan.
"Saya meneruskan beliau (Bibit). Tangan beliau yang lebih banyak belepotan di sini," kata Ganjar kepada Bibit yang ikut hadir dalam acara tersebut.
"Ini unik, waduk di tengah kota, unik karena bisa selesaikan banyak permasalahan," imbuhnya.
Dalam acara peresmian itu, turut hadi Walikota Semarang, Hendrar Prihadi, anggota komisi 5 DPR RI, Nusirwan, mantan Gubernur Jateng Bibit Waluyo, dan plt Ketua DPRD Jateng, Rukma Setiyabudi.
(alg/try)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini