Komunitas Metal Bicara Nasionalisme

Komunitas Metal Bicara Nasionalisme

- detikNews
Rabu, 13 Agu 2008 11:56 WIB
Bandung - Membawa nama Bandung dan Indonesia di pentas internasional, bagi Man Jasad adalah salah satu wujud semangat nasionalisme. Jika kemudian usahanya kurang diperhatikan, bukan alasan untuk berhenti berkarya.

Tidak banyak orang Indonesia yang tahu band Jasad. Wajar, jenis musik death metal yang diusung bukanlah selera orang kebanyakan. Meski kurang dikenal di kampung sendiri, kenyataannya sepak terjang Jasad terekam dengan status istimewa di komunitas metal dunia.

Seorang antropolog asal Kanada, Sam Dunn, pernah melakukan riset mengenai kultur musik heavy metal di dunia, dan hasilnya yang diluncurkan dalam bentuk DVD, Jasad merupakan salah satu band yang diperhitungkan. Bahkan tidak hanya satu band Indonesia yang punya nama di pentas internasional, ada juga nama-nama band lain seperti Disinfected dan Ancur yang semuanya berasal dari Bandung.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Di luar kita sudah menjadi trade mark Bandung. Sehingga jika membicarakan apa yang mengangkat Indonesia, musik metal termasuk di dalamnya. Dan di Bandung, musik metal sudah menjadi sesuatu yang sangat besar," tutur pentolan Jasad, Man, saat bincang-bincang dengan detikbandung, Selasa (12/8/2008) malam.

Lebih lanjut, lajang yang juga terjun di dunia usaha sablon untuk clothing itu memaparkan, kebanyakan eksistensi band-band heavy metal asal Indonesia di dunia Internasional adalah atas prakarsa mandiri.

"Band-band yang baru muncul dengan mengusung musik mainstreem bisa tampil di luar salah satunya karena undangan dubes. Sementara musik metal bisa tampil di luar secara mandiri. Karya-karya kita beredar lewat hubungan pribadi dengan band-band di luar, atau lewat internet," papar Man sembari menunjukkan albumnya yang masih dijual di salah satu situs pasar online yang cukup top.

Namun demikian, apresiasi terhadap komunitas musik metal di Indonesia masih sangat kecil. Penyebabnya adalah opini negatif publik terhadap praktik-praktik "nyeleneh" seperti menyembelih kelinci, yang dilakukan sebagian orang di dalam komunitas death metal saat konser. Selain itu aliran musik metal juga dinilai dekat dengan alkohol. Dijelaskan Man, hal tersebut seharusnya tidak digeneralisir.

"Itu hanya setitik dari komunitas. Ini juga bukan tanpa kritik di dalam komunitas, karena sering kali menjadi pembahasan serius. Tetapi jangan lantas digeneralisir, karena konser musik seperti Peter Pan atau Ungu juga ada korban. Di acara dangdut juga banyak yang mabok. Semua tergantung bagaimana orangnya dan penyelenggaraannya," papar Man. (lom/lom)



Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Hide Ads