Cara melukis memanfaatkan media bambu, serupa saat jemari tangan menggoreskan pulpen atau pensil di lembaran kertas. Walau begitu, prosesnya tidak gampang. Lukisan tanpa bantuan kuas dan tinta ini, mesti diracik oleh ahlinya.
Sang ahli itu ialah Enggan Permana (54). Ia biasa menyebut karya seninya bernama seni sungging. "Dalam bahasa Sunda, sungging artinya melukis dengan api. Medianya bisa bambu dan kayu," jelasnya kepada detikbandung di Dago Tea House, Kamis (24/7/2008).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Alat itu tersambung dengan listrik. Sehingga sebuah kawat khusus berukuran mini yang tersimpan diujungnya, menimbulkan panas dan menyala. Dari panas listrik kawat itulah ia bisa menuangkan ide kreatif melukis beragam objek.
"Panas dari kawat disentuhkan ke bambu. Ya, caranya seperti kita menggambar pakai pulpen. Nah, panas pada kawat itu bisa menggosongkan bambu. Memang sepintas persis pakai tinta. Padahal itu akibat dari panasnya ujung kawat," ujarnya.
Ada langkah tersendiri menggerakan alat tersebut. Bila belum terbiasa, resikonya gagal. "Cukup disentuh pelan. Kalau ditekan keras bisa terbakar. Lalu, bila ingin membuat sentuhan gradasi, si kawat jangan mengenai bambu. Cara ini menghasilkan sentuhan gosong lebih tebal dan tipis," ucap lelaki berkacamata ini.
Nah, boleh dikata, masih jarang orang menerjunkan diri menekuni seni sungging. Berbekal kreatifitas berciri khas, Permana sanggup membuktikan karya seni menggugah mata. "Juga bisa mendatangkan rupiah," pungkas seniman sungging asal Bandung ini.
(bbn/ern)