To Wana, Masyarakat Penghuni Hutan dari Morowali

To Wana, Masyarakat Penghuni Hutan dari Morowali

- detikNews
Selasa, 08 Jul 2008 08:23 WIB
Bandung - Nomaden, berkelompok, dalam ikatan budaya yang kental, mereka tinggal di antara bukit-bukit dan tak tersentuh oleh sistem. Adalah To Wana, sebuah suku dari Kabupaten Morowali, Sulawesi Tengah.

To atau taa berarti orang, sehingga To Wana bisa diartikan sebagai masyarakat penghuni hutan. Taa, demikian bahasa yang mereka gunakan. Sehingga bagi kalangan mereka sendiri mereka menamakan diri sebagai suku taa pota yaitu suku berbahasa taa.

Karena mereka secara berkelompok menghuni hutan secara turun temurun berikut warisan kehidupan budaya, sosial, politik dan ekonominya. Seperti halnya masyarakat adat lainnya di Indonesia, To Wana hidup termarginalkan dari segala bentuk tatanan sistem Indonesia sebagai negara tempat mereka bernaung.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Keinginan untuk menunjukan sebuah eksistensi juga bentuk kepedulian atas keberadaan mereka, sebuah pertunjukan bertajuk The Indigenous Forest-Dwelling People in Morowali digelar di beberapa kota di Indonesia, di antaranya Bandung.

Pertunjukan ini diadakan di dua tempat dengan setting berbeda. Indoor, di Gedung Dewi Sri, STSI Bandung, Jumat (4/7/2008) dan outdoor di Spicefest, Gedung Sate, Jalan Diponegoro, Sabtu (5/7/2008). Bukanlah artis yang menjadi pelaku tapi masyarakat Wana dari anak suku Berangas, Kabupaten Morowali.

Menurut Penata Pagelaran, Amin Abdullah, pagelaran ini bukan untuk memperlihatkan keprimitifan mereka. Tetapi untuk memberikan kesempatan kepada masyarakat Wana untuk memperlihatkan kebudayaan mereka. "Banyak budaya yang tercuri. Bahkan pemiliknya sendiri tidak diberikan kesempatan untuk merepresentasikan budaya mereka," jelas Amin.

Pertunjukan terbagi dari beberapa fragmen yang membentuk siklus kehidupan masyarakat Wana. Tak hanya mempersembahkan musik, gerak dan akting, lebih dari itu adalah sebuah representasi dari kehidupan sebuah suku yang hidup di dalam hutan. Suku peladang yang hidup berpindah-pindah dalam sebuah rotasi dari satu tempat ke tempat lain.

Peralihan dari setiap fragmen itu ditandai dengan adegan mengelilingi panggung pertunjukan. Diawali sastra tutur To Wana yang berupa sastra bunyi sahut-sahutan seperti kicauan. Bukan kata tetapi nada-nada berirama seperti kode-kode yang terangkai menjadi sebuah kalimat.

Segmen lain adalah medley musik To Wana yang seolah menebarkan aroma kesedihan sejak awal. Tiupan tatali atau suling, nggeso-nggeso atau alat musik gesek, due atau popondo, alat musik bersenar satu yang menggunakan bagian depan tubuh sebagai resonator bersenar satu, perkusi dari bambu, gong dan gendang.

Musik-musik ini mengiringi setiap adegan. Tarian perang To Wana, Kantar, juga beberapa tarian lainnya seperti Dendelu, tarian melingkar dengan iringan syair, Salonde, tarian wanita Wana dan tendedomba, tarian yang dimainkan sampai semalam suntuk oleh wanita dan laki-laki.

Permainan rakyat Wana, Mawinti menjadi adegan menarik lainnya. Di mana para pria dalam mengisi waktu luang melakukan permainan adu betis satu lawan satu atau satu lawan dua. Diawali dengan memasang kuda-kuda untuk menjatuhkan lawan.

Atraksi menyumpit cukup menakjubkan sekaligus mendebarkan. Masyarakat Wana biasanya menyumpit hewan buruannya menggunakan sumpit panjang dengan getah mematikan jika terkena darah tapi aman jika dimakan.

Di adegan lain, seorang saman mengobati pasien dengan upacara pengobatam momogo. Diiringi tarian-tarian, sang saman memanfaatkan kekuatan roh untuk menyembuhkan. Adegan diakhiri dengan penghancuran rumah salah seorang masyarakat Wana meninggal dunia. Penghancuran rumah itu sebagai puncak pelampiasan emosi tertinggi atas kehilangan orang yang dicintai.

Dari situlah siklus kehidupan mereka kembali dimulai. Berpindah, mencari tempat baru karena tempat lama dianggap tidak membawa keberuntungan. (ema/ern)



Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Hide Ads