Sejak tragedi AACC pada 9 Februari 2008, banyak perubahan yang mempengaruhi gerak EO di Bandung. Di luar imej bahwa Kota Kembang kurang kondusif seketika terbentuk, sementara dari dalam banyak aturan dan prosedur yang sebelumnya tidak diterapkan berubah menjadi syarat.
Pengelola dan pengusaha EO Bandung pun melihat hal ini perlu ditangani bersama. Lewat Forum Event Bandung (FEB) yang dibentuk 11 Februari 2008, sekitar 40 pengelola dan pengusaha EO di Bandung memulai gerakan dengan menggandeng pihak-pihak yang berkaitan dengan penyelenggaraan event.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dipaparkan Rochsan yang juga akrab dipanggil Apuy, FEB melihat perlu ada kesepakatan semua pihak tentang standar event terkait syarat-syarat yang memang perlu diberlakukan. "Sebagai contoh, dari kepolisian baru akan mengeluarkan izin kegiatan pada H-7, sementara untuk EO itu sangat sulit. Kita akan lebih senang jika kepastian sudah kita dapat sebulan sebelum pelaksanaan. Karena kita perlu melakukan banyak persiapan, demikian juga klien atau pihak sponsor," lanjutnya.
Kesulitan hal-hal teknis serta citra Bandung sebagai kota yang tidak aman untuk event, menjadi isu utama yang kini menjadi fokus FEB. Sementara dampak yang terkait jumlah order, tidak terlalu terasa. "Tragedi AACC terjadi di awal tahun, yang memang biasanya sepi dari kegiatan. Dampaknya lebih terasa mempengaruhi citra tentang Bandung," timpal Wawan Djuanda dari Republik Entertainment.
Lebih lanjut para anggota FED juga berharap kota-kota di Indonesia juga membentuk forum sesama EO, sehingga tiap kepentingan bisa lebih terakomodir. "Jika ada EO yang punya kegiatan di kota lain pun bisa dengan mudah berkomunikasi," tambah Wawan. (lom/lom)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini