Demikian disampaikan pengamat musik underground, Reggi Kayong Munggaran, saat dihubungi detikbandung, Senin (11/2/2008). "Berdasarkan penelitian-penelitian yang pernah dilakukan orang luar negeri tentang subkultur di Bandung. Ternyata Bandung memiliki animo yang cukup besar terhadap musik underground, hingga menempati posisi ke lima komunitas terbesar undrground di dunia," tutur Reggi.
Menurut Reggi, besarnya animo masyarakat, anak muda khususnya, terhadap musik underground merupakan kecenderungan yang aneh. Begitupun menurut negara-negara lain penganut subkultur yang sama.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Grup underground membuat konser sendiri, show sendiri, kecenderungannya lebih eksklusif karena kapitalisme sudah mengakomodasi musik itu sendiri. Kalau musik seperti ini siapa yang mau mendengar, studio mana yang mau membuat rekaman. Kecuali oleh orang-orang yang memiliki kecintaan terhadap musik underground," jelas Reggi.
Reggi mengatakan, dari sekian banyaknya grup musik underground di kota Bandung, sudah banyak yang melebarkan sayap ke luar negeri, seperti Eropa. Hal itu bisa terjadi ketika ada orang asing yang tertarik melihat subkultur di kota Bandung, sehingga mereka pun melakukan penggalangan dana untuk membawa musik underground Bandung bermain di dunia internasional.
Menyinggung mengenai pandangan masyarakat tentang musik underground yang seringkali diidentikkan dengan kekerasan Reggi menuturkan, para pelaku musik underground pasrah tapi tidak cenderung apatis. Untuk mencairkan opini masyarakat, mereka seringkali mengadakan kampanye anti kekerasan. "Ke depannya, kami akan melakukan kampanye anti HIV AIDS dan anti narkoba," tambah Reggi.
(ema/ern)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini