'Nabi' Sayuti Terima Wahyu Bahasa Sunda Tahun 1993

'Nabi' Sayuti Terima Wahyu Bahasa Sunda Tahun 1993

- detikNews
Rabu, 06 Feb 2008 07:54 WIB
Bandung - Muhammad Sayuti (77), seorang tukang cukur di daerah Ciateul Bandung menerbitkan dua buah buku. Dalam bukunya tersebut, dia mengaku telah menerima wahyu pada 1993. Sayuti menyebut wahyunya sebagai Alquran. Namun bahasa yang digunakan bukan Arab, melainkan bahasa Sunda dan Indonesia.

Hal itu terungkap dalam buku pertamanya yang berjudul "Kelalaian para pemuka agama dalam memahami kitab-kitab peninggalan nabi-nabi rasul Allah (Taurat, Injil, dan Alquran) dengan segala akibatnya", pada halaman 9. Buku itu cukup tipis, hanya ada 42 halaman.

"Dan Alquran diturunkan kepada saya tahun 1993, umur saya pada waktu diturunkan Alquran adalah 62 tahun. Dan Alquran ditakdirkan Allah kepada saya setelah dimudahkan (diterjemahkan) dengan bahasa Sunda dan bahasa Indonesia," tulis Sayuti.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Paragraf selanjutnya, Sayuti mengaku bingung dan bimbang saat mendapatkan wahyu tersebut. Namun tidak dijelaskan lokasi atau keadaan dirinya saat dia menerima wahyu tersebut. "Setelah kitab Taurat dan Injil kemudian Alquran diturunkan dan diwahyukan Allah kepada saya, mula-mula hati dan pikiran saya menjadi bimbang tidak karuan dan apalagi nama saya tidak tahu," ujar Sayuti.

Kemudian, lanjutnya dalam buku itu, dia pergi menemui ulama di kampungnya untuk minta pendapat dan nasihat. Sayuti menggambarkan jika ulama tersebut malah terheran-heran dan makin membuatnya bingung.

"Kepada siapa saya harus bertanya, karena apa-apa yang telah diturunkan kepada saya bertentangan dengan apa-apa yang saya peroleh dari beberapa ulama, dari beberapa golongan dan bahkan bapak sendiri. Sebab orangtua saya pun lulusan pesantren yang cukup terkenal di Singaparna," tulis Sayuti.

Kebingungan yang menimpa hati dan pikirannya, menurut Sayuti hanya berlangsung empat bulan. Sebab, tulisnya, dia percaya hanya kepada Allah dia meminta pertolongan. Sayuti pun yakin jika apa yang dia terima merupakan kebenaran.

"Jadi jelas bahwa nama Muhammad nabi ummi yang namanya tertera di dalam Alquran adalah saya bukan beliau (Nabi Muhammad SAW-red). Menurut beliau, bagi tiap-tiap umat ada seorang rasul, apabila datang rasul kepada mereka, mereka akan dihukum dengan adil tanpa kekerasan," tulisnya di halaman 12.

(ern/lom)



Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Hide Ads