Para pengusaha di kawasan wisata Pantai Pangandaran mengaku khawatir dengan kemunculan kasus COVID-19 di Pangandaran. Pasalnya, para pengusaha mengaku masih trauma usai usaha mereka dibuat babak belur oleh pandemi.
Kekhawatiran itu diungkapkan Didi (40), salah seorang pengusaha ritel di Pangandaran. Menurutnya, pandemi yang berkepanjangan bakalan membuat usaha pakaian anak dan dewasanya kehilangan pengunjung.
"Trauma aja seperti tahun sebelumnya, menjelang hari raya ada lonjakan kasus, meskipun masih lama," ucapnya kepada detikcom, Senin (7/2/2022).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pengusaha lainnya Saeful Bahri (32), pemilik salah satu penginapan di Pangandaran juga mengeluhkan hal serupa. Pasalnya usahnya bergerak di bidang pariwisata yang mengandalkan mobilisasi massa.
"Penginapan kan sudah mulai ramai pada liburan akhir tahun 2021 dan awal tahun 2022, jika terjadi lonjakan di Pangandaran tentunya sangat berpengaruh ke usaha," kata Saeful.
"Mungkin tidak hanya penginapan, pelaku wisata lainnya akan terdampak, Pangandaran ini daerah wisata pasti banyak yang menggantungkan hidupnya dari itu," ucap dia melanjutkan.
Pelakasana Tugas (Plt) Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Pangandaran Yadi Sukmayadi mengatakan, kekhawatiran lonjakan kasus memang berpusat ke daerah wisata. "Karena daerah ini menjadi tujuan wisata, maka bakalan banyak orang luar daerah yang masuk," katanya.
Dia juga khwatir apabila orang dari luar yang diketahui terjangkit COVID-19, melakukan interaksi dengan warga lokal. "Tentu ini menjadi tanggungjawab kita, harus sering lakukan testing," kata Yadi.
Sejauh ini, pihaknya masih melakukan testing secara acak, sesuai dengan arahahan Kemendagri yakni 58 orang per harinya."Itu masih bisa kita penuhi. Sejauh ini, baru ada dua orang yang terkonfirmasi positif," pungkasnya.
(yum/bbn)