Seperti yang dialami Iim Gunardi, pembuat kue keranjang di Desa Liangjulang, Kecamatan Kadipaten, Kabupaten Majalengka. Iim merupakan salah satu 'legend' dalam produksi kue keranjang.
Sejak tahun 1970, Iim dan keluarganya selalu menjadi produsen kue keranjang saat momen tahun baru Imlek tiba. Dalam sebulan, Iim mampu membuat sekitar 5 ton kue keranjang yang ia pasarkan hingga berbagai daerah.
"Satu bulan sebelum Imlek kita mulai produksi itu sampai 5 ton. Kami hanya bikin khusus untuk Imlek, kalau hari biasa enggak bikin," kata Iim di rumahnya, Senin (31/1/2022).
Kue keranjang buatan Iim saat ini telah dipasarkan ke beberapa kota besar seperti Bandung dan Tangerang. Yang menjadi ciri khas dari kue keranjang buatan Iim sendiri ialah masih menjaga nilai lokalitas.
Jika biasanya kue keranjang dibungkus menggunakan plastik bening, namun dodol China buatan Iim masih dibungkus dengan daun pisang jenis klutuk.
"Masih pakai daun pisang, rasanya biar lebih enak dan menjaga tradisi karena dari dulu memang pakai daun pisang bungkusnya," ujarnya.
Masih kata Iim, tiap tahunnya permintaan kue keranjang di pasaran selalu meningkat. Hal itu kata dia disebabkan karena makin jarangnya pembuat kue keranjang yang masih bertahan.
Bahkan untuk di Kecamatan Kadipaten sendiri, Iim mengklaim hanya dirinyalah yang masih bertahan membuat kue keranjang khas Imlek ini.
"Dulu mah banyak yang bikin, tapi sekarang tinggal saya aja yang bikin," jelas dia.
Saking banyaknya permintaan kue keranjang menjelang Imlek, Iim mengaku kewalahan memenuhi permintaan pasar. "Permintaan mah banyak, tapi kami nggak mampu memenuhi. Tempatnya kurang," ungkapnya.
Ia juga menjelaskan proses pembuatan kue keranjang. Proses membuat adonan kata Iim adalah proses terlama karena membutuhkan waktu hingga 7 hari
"Proses membuat adonan adalah tahapan yang paling lama memerlukan waktu. Setelah itu tidak langsung dimasak, melainkan harus didiamkan sekitar 7 hari agar kue keranjangnya terasa lembut," tutup Iim. (yum/bbn)