Sekelompok anak muda di Kota Bandung berkreasi dengan menciptakan aplikasi berteknologi imersif. Lewat aplikasi yang bertajuk Assemblr, orang awam bisa berkreasi membuat augmented reality (AR) semudah drag and drop di layar ponsel maupun desktop.
CEO Assemblr Hasbi Asyadiq melihat sejauh ini teknologi seperti AR dan VR masih 'sangat mahal' dan sulit dijangkau oleh orang awam. Sebab, untuk menciptakan konten AR seseorang setidaknya perlu menguasai dasar pemodelan tiga dimensi dan coding, belum lagi biaya untuk peralatan membuatnya.
"Jadi ide awalnya itu berangkat dari kita percaya bahwa masa depan ini bentuk konten, enggak cuma teks atau video aja tetapi sesuatu yang lebih interaktif. Full dua arah, kolaboratif. Kita lihat tanda-tanda itu muncul mulai dari 5G hadir, AR Glasses (kacamata AR) sudah mau datang juga, kita lihat masa depan itu tipe kontennya menuju teknologi imersif, AR atau VT," ujar Hasbi saat ditemui detikcom di kantornya, belum lama ini.
Oleh karena itu, kata Hasbi, Assemblr mencoba mendemokrasikan pembuatan konten AR tanpa harus perlu bersusah payah menyusun coding, maupun pemodelan tiga dimensi.
Buat Augmented Reality Semudah Drag n Drop
Caranya, pengguna bisa mendownload aplikasi Assembelr di iOs Playstore atau Android Google Play atau juga bisa mengakses langsung situs https://www.assemblrworld.com.
Di dalam situs tersebut, pengguna disajikan dengan ribuan model template dari berbagai tema, ukuran atau posisi dari model yang tersedia tersebut bisa diatur sesuai keinginan. Pengguna juga bisa menambahkan muatan video, anotasi maupun suara di dalam platform Assemblr.
"Semudah drag and drop, kita ingin demokrasikan itu, orang bisa akses dan bikin konten AR mereka sendiri. Mungkin ada yang familiar dengan Canva atau Powerpoint ? kalau Canva dan Powerpoint itu 2D, Assemblr itu 3D jadi orang bisa bikin, masukin elemen-elemen 3D dan animated, bisa masukin interaktivitasnya, semua bisa dilakukan dengan mudah," kata Hasbi yang lahir di Purwakarta, 1987 itu.
Setelah rancangan pengguna selesai. konten tersebut bisa langsung dieksekusi menjadi AR lewat ponsel berbasis iOs atau Android. Hasil dari rancangan itu bisa dibagikan kepada pengguna lainnya dan interaktif, sehingga bisa diimplementasikan juga untuk dunia pendidikan.
![]() |
Hasbi mengatakan, pengguna Assemblr meningkat dengan cukup drastis di masa pandemi COVID-19. Pasalnya, guru-guru dari dalam maupun luar negeri yang terhimpun dalam komunitas digital mulai mengadopsi teknologi yang dihadirkan Assemblr. Para guru tersebut membuat materi pendidikan dalam bentuk maket video, teks yang menggunakan teknologi 3D dan AR.
"Konten bisa ditaruh di dunia nyata, real time, interaktif, dua arah dan kolaboratif. Kita lihat seru banget apa yang dibikin mereka untuk murid-muridnya, itu sangat menarik," katanya.
Digandrungi di Luar Negeri
Start up Assemblr yang berdiri pada tahun 2019 di Dago, Kota Bandung rupanya digandrungi oleh pengguna di mancanegara. Bahkan, aplikasi ini telah beberapa kali dinobatkan sebagai Playstore 'App of The Day' oleh Apple. Hasbi mengatakan, eksposur itu membuat jumlah pengguna organik Assemblr menanjak dari berbagai belahan dunia.
Bahkan dalam beberapa kesempatan, Assemblr juga telah bekerjasama dengan NGO konservasi alam internasional, WWF dan berbagai perusahaan raksasa nasional dan multinasional untuk penerapan teknologi AR.
"Thanks to Apple kita sebagai Apple Apps of The Day, world wide, banyak user organik dari negara lain selain Indonesia seperti US, Eropa, Asia juga. Jadi banyak yang kepapar Apps of The Day dan mereka cobain, dari situ tumbuh user base secara organik. Kita enggak spent uang di marketing, kita enggak ngiklan semua organik. Alhamdulillah sekarang sudah satu juta lebih usernya, kontennya yang dibuat sudah jutaan," kata Hasbi.
Ia pun memastikan Assemblr bisa digunakan secara gratis, tetapi untuk mengakses konten yang lebih kaya memang ada beberapa elemen yang hanya bisa diakses bila berlangganan.
"Pengguna kita bukan dari kalangan yang misalnya melek teknologi tapi karena memang semudah itu adopsinya, sangat luas, demografi juga lebar. Kita mendekatkan kepada orang awam. Sebelumnya teknologi ini mahal dalam tanda kutip, butuh sumber daya, multi disiplin, kalau kita inginnya kita yang nyamperin daripada memaksa orang untuk melakukan itu, kita ingin menyederhanakan teknologi (AR) itu," katanya.
Rencananya, ujar Hasbi, Asssemblr juga akan merambah ke dunia Metaverse. "Tentunya kita berpihak pada sisi AR," pungkasnya.
Simak juga 'Ragam Teknologi Baru dan Unik di Pagelaran CES 2022':