Masyarakat yang tinggal di sepanjang aliran Sungai Citarum, Kabupaten Bandung Barat (KBB), sangat mengandalkan keberadaan jembatan apung untuk beraktivitas setiap harinya.
Berangkat dari minimnya cakupan aksesibilitas di pelosok Bandung Barat itu, banyak investor yang menggulirkan pundi-pundinya untuk membangun jembatan apung. Tentu ada muatan bisnis di balik keputusan tersebut, selain memang yang paling nampak yakni asas kebermanfaatannya.
Salah satu jembatan yang sangat dibutuhkan keberadaannya oleh masyarakat yakni Jembatan Jembalas yang menghubungkan dua kecamatan yaitu Kecamatan Batujajar dan Kecamatan Cihampelas. Jembatan kayu yang didominasi warna biru tersebut baru diresmikan sekitar satu bulan yang lalu.
Keindahan jembatan yang membentang sepanjang 520 meter dengan lebar 2,5 meter itu viral di media sosial. Namun belakangan jembatan yang dibangun dengan biaya sebesar Rp 1 miliar itu juga viral lagi setelah terjadi insiden patahnya satu seksi jembatan yang menyebabkan pengendara motor terjerembab.
Pengelola Jembatan Jembalas, Cecep Sumanta mengatakan pembangunan jembatan kayu tersebut dilakukan selama 40 hari yang dimulai sejak 10 November hingga 18 Desember 2021 lalu.
"Dulunya ada jembatan di sini, tapi kemudian ada pembangunan Bendungan Saguling, jembatannya kemudian tenggelam. Akhirnya daerah di sini mati, sampai akhirnya saya membangkitkan kembali daerah ini dengan membangun Jembalas," ungkap Cecep kepada detikcom di Jembatan Jembalas, Sabtu (8/1/2022).
Keberadaan jembatan yang membentang di atas aliran Sungai Citarum itu mampu memangkas waktu tempuh warga yang ada di dua kecamatan ketimbang melewati jalan raya yang lebih lama sekitar 30 menit ditambah saat ini sedang mengalami kemacetan parah akibat perbaikan jalan.
"Kalau lewat jalan raya atau jalan umum, jarak tempuh Batujajar-Cihampelas bisa 30 menit. Tapi dengan adanya jembatan ini hanya 10 menit. Terus enggak kenamacet juga," tegas Cecep.
Untuk melintasi jembatan ini, pengendara motor cukup membayar Rp 3 ribu sekali jalan, sementara sedangkan pengguna sepeda dan pejalan kaki cukup membayar Rp 2 ribu. Ribuan motor lalu lalang setiap hari di atas jembatan.
"Kalau di jembatan yang lain kan Rp 5 ribu, tapi kalau kita itung-itung sebagian amal. Terus ada Jumat Barokah juga, kita gratiskan selama satu jam, jadi tidak hanya memikirkan ekonomi saja. Kalau sehari mungkin bisa 1.000 motor yang lewat," kata Cecep.
Selain memudahkan akses jalan bagi warga, konsep jembatan ini juga sedikit dibalut dengan sentuhan wisata karena para pengendara bisa berswafoto dengan latar belakang aliran Sungai Citarum yang saat ini sudah jernih.
"Makanya jembatan ini ada lengkungan kiri kanannya, dan ada gapura, jadi lengkap. Nanti bakal ada pengembangan untuk restoran kalau ada izin dari PT Indonesia Power karena kita disini numpang dengan sistem kontrak," jelas Cecep.
Namun sejak insiden patahnya satu seksi jembatan pada Minggu (2/1/2022) lalu, saat ini jembatan tersebut masih ditutup untuk umum lantaran masih dalam tahap perbaikan. Setelah itu akan ada inspeksi dan pengecekan kualitas jembatan dari dinas terkait.
"Kita berharap bisa secepatnya dibuka dan dioperasikan lagi, karena setiap hari ada yang tanya sudah dibuka atau belum. Artinya kan banyak masyarakat yang bergantung pada keberadaan jembatan ini," pungkas Cecep.
(ern/ern)