Puing Tunggul Hideung, Sisa Kejayaan Perkeretaapian Belanda di Sumedang

Puing Tunggul Hideung, Sisa Kejayaan Perkeretaapian Belanda di Sumedang

Nur Azis - detikNews
Senin, 27 Des 2021 17:20 WIB
Sisa kejayaan perkeretapian zaman Belanda di Sumedang
Sisa kejayaan perkeretapian zaman Belanda di Sumedang (Foto: Nur Azis)
Sumedang -

Sisa kejayaan perkeretapian milik Belanda tersebar di pulau Jawa. Beberapa di antaranya masih aktif digunakan hingga kini atau bahkan hanya menyisakan puing-puingnya saja.

Seperti yang tampak di Kampung Tunggul Hideung, Desa Ciptasari, Kecamatan Pamulihan, Kabupaten Sumedang. Dua buah puing bangunan bekas jembatan tampak terlihat diantara aliran sungai Cipelas yang memisahkan keduanya.

Bangunan yang berada di area pesawahan warga itu, kedua bangunannya berbentuk kotak. Satu bangunan berukuran sekitar 2x3 meter dengan tinggi 3 meter dan satu bangunan lainnya berukuran 2x3 meter dengan tinggi 4,5 meter.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Bangunan yang didominasi dengan material batu alam itu, satu bangunannya terdapat ruang kosong di tengahnya dengan membentuk setengah lingkaran cincin. Sementara bangunan yang lainnya, terdapat dua buah ruang kosong dengan membentuk dua buah setengah lingkaran cincin secara bertumpuk.

Kedua bangunan tersebut masih kokoh berdiri meski tampak belum rampung dikerjakan. Itu terlihat dari belum adanya rel kereta api yang melintang di atasnya.

ADVERTISEMENT

Menurut warga, bangunan tersebut merupakan sisa bangunan Belanda yang rencananya akan digunakan sebagai jembatan bagi perlintasan kereta api. Namun, perlintasannya tidak keburu atau batal untuk dibangun.

"Menurut orang tua dulu, ini itu rencananya untuk jembatan perlintasan kereta api untuk jalur Rancaekek menuju ke Sumedang," ungkap Endang (68) saat ditemui detikcom di lokasi, Senin (27/12/2021).

Masih menurut orang tuanya, kata Endang, jalur perlintasan kereta api jalur Rancaekek menuju Sumedang yang dibangun Belanda hanya sampai stasiun Tanjungsari.

"Dari dulu bentuk bangunannya seperti ini, sementara jalur rel kereta api baru sampai Tanjungsari," terangnya.

Endang mengatakan, puing jembatan ini rencananya akan menghubungkan mulai dari kawasan Kecamatan Tanjungsari seperti Pagaden, Ciluluk, Puskopad, Cikondang lalu Tunggul Hideung di Kecamatan Pamulihan.

"Dari Tunggul Hideung, jalurnya rencananya dilanjutkan ke Cijeruk di Cadas Pangeran," ujarnya.

Endang menambahkan, pembangunan jalur kereta api dari Tanjungsari menuju Sumedang baru sebatas pembukaan lahan belum sampai ada perlintasan kereta api.

"Jadi dulu itu disini mulai dari Tanjungsari baru bubuka lahan (pembukaan lahan), disini juga (sekitar jembatan tunggul hideung) dulunya ada bukit tapi sekarang rata karena dulu rencananya bakal jadi perlintasan kereta api," katanya.

Dalam buku Indische Spoorweg Politiek atau Politik Perkeretaapian Hindia (S.A Reitsma,1925), disebutkan bahwa jalur Rancaekek,Jatinangor, Tanjungsari, Citali hingga ke Sumedang merupakan jalur yang dibangun untuk memperkuat pertahanan Belanda di pulau Jawa.

Pada tahun 1917/1918, Jalur Rancaekek hingga Jatinangor sudah dioperasikan. Sementara untuk jalur Jatinangor hingga Citali hampir selesai pengerjaannya.

Jalur kereta api yang direncanakan sampai hingga Sumedang nyata mengalami kendala. Pasalnya, jalur dari Citali ke Sumedang memiliki medan yang cukup menantang seperti banyaknya jurang dan pegunungan. Ditambah lagi, Pemerintah Hindia Belanda kala itu sedang mengalami krisis keuangan.

Menurut buku itu, dalam membangun jalur Citali-Sumedang, sedikitnya diperlukan anggaran sebesar 4,5 juta gulden. Anggaran itu, belum termasuk anggaran persiapannya sebesar 500 ribu gulden.

Padahal, jika jalur Sumedang selesai dibangun maka akan dilanjutkan untuk pembukaan jalur Sumedang - Kadipaten, Majalengka. Lalu, jalur penghubung antara Bandung dan Cirebon.

Berdasarkan sumber lain, jalur Citali hingga Sumedang batal dibangun, selain lantaran faktor keuangan, juga akibat keburu masuknya era penjajahan Jepang di Indonesia.

Pegiat literasi perkeretaapian, Atep Kurnia mengatakan sejarah Jembatan Cincin di kawasan Jatinangor merupakan bagian dari rencana pembangunan jalur kereta api dari Rancaekek hingga ke Sumedang. Namum, lanjut Atep, rencana jalur kereta api hingga sampai ke Sumedang itu batal dibangun akibat adanya krisis keuangan di Pemerintahan Hindia-Belanda.

"Pembangunan jalur simpangan ke Tanjungsari, sebenarnya diniatkan hingga Sumedang tetapi karena terkendala keuangan jadinya berhenti di Tanjungsari," ujar Atep beberapa waktu lalu kepada detikcom.

Menurut Atep, jalur kereta api Rancaekek-Sumedang dan jalur kereta api Bandung-Ciwidey merupakan jalur kereta api yang sudah direncanakan sejak lama pada masa itu.

"Sejak akhir abad ke-19 sudah banyak pihak swasta yang mengajukan konsesinya tetapi selalu ditolak pemerintah (Hindia-Belanda)," tutur Atep sambil menambahkan jalur kereta api Rancaekek-Sumedang dibangun dengan tujuan untuk kepentingan ekonomi dan militer Pemerintah Hindia-Belanda.

(mud/mud)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.
Hide Ads