Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) Kabupaten Tasikmalaya melakukan pendampingan terhadap korban pencabulan guru ngaji. Mereka sudah menjalani terapi pemulihan psikologis.
Sejauh ini disinyalir ada 9 korban pencabulan guru ngaji tersebut. Namun, baru 5 korban yang dilakukan terapi.
"Sampai Jumat ini ada lima korban yang sudah kami terapi psikologisnya agar kembali pulih," kata Ato Rinanto, Ketua KPAID Kabupaten Tasikmalaya, Jumat (10/12/2021).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pihaknya mensinyalir jumlah korban bisa saja bertambah. Pasalnya, oknum guri ngaji ini mengajar di sejumlah sekolah mulai SMP, MTS hingga Aliyah.
"Kami masih mencurigai kalau korbannya akan nambah bisa belasan. Indikasinya terduga pelaku ini ngajar di banyak sekolah. Kami masih akan telusuri juga," ucap Ato.
Sementara itu, Satreskrim Polres Tasikmalaya langsung bergerak cepat pasca mendapat laporan KPAI terkait dugaan cabul oknum pengasuh pondok pesantren. Selain periksa dua orang korban, polisi juga melaksanakan gelar perkara. Sejumlah bukti dalam proses pencarian termasuk menunggu proses visum para korban.
"Hari ini akan dilaksanakan Gelar perkara. Kemudian kita jadwalkan visum untuk para korban," kata AKP Dian Pornomo, Kasat Reskrim Polres Tasikmalaya.
Kamis (09/12/21), sebanyak dua orang korban sudah dihadirkan untuk jalani pemeriksaan di unit PPA Satreskrim Polres Tasikmalaya. Namun, hasil pendalaman sedikitnya terdapat empat santriwati yang jadi korban dan sudah jalani terafi. KPAID Mensinyalir terdapat sembilan santri yang jadi korban selama bertahun tahun.
"Yang kami terapi saja ada empat. Kemungkinan ada sembilan korban yang baru lapor dua orang."Kata Ato.
Kanit PPA Satreskrim Polres Tasikmalaya Aipda Josner Ali S mengaku sudah menerima laporan Tindak Pidana Pencabulan dari KPAI. Kepolisian masih mendalami dan memeriksa saksi korban sebanyak dua orang.
"Kita sedang dialami dan lakukan penyelidikan untuk pendalaman fakta-fakta nya. Untuk yang sudah laporan ada dua orang korban," ungkap dia.
(mud/mud)