Melihat Jembatan 'Bedeng' Peninggalan Belanda di Sumedang yang Terbengkalai

Melihat Jembatan 'Bedeng' Peninggalan Belanda di Sumedang yang Terbengkalai

Nur Azis - detikNews
Senin, 29 Nov 2021 17:59 WIB
Jembatan peninggalan Belanda di Sumedang terbengkalai
Jembatan peninggalan Belanda di Sumedang terbengkalai (Foto: Nur Azis)
Sumedang -

Puing-puing bangunan peninggalan Belanda masih tampak berdiri kokoh di Kampung Darangdan, Kelurahan Kota Kulon, Kecamatan Sumedang Selatan. Bangunan tersebut kokoh berdiri dengan membelah derasnya aliran sungai Cipeles.

Namun sayang, keberadaannya seolah luput dari perhatian pemerintah daerah. Berbeda dari peninggalan Belanda lainnya yang lokasinya tidak jauh dari puing di Kampung Darangdan tersebut, seperti Benteng Gunung Kunci dan Benteng Gunung Palasari, bukan hanya dijadikan sebagai lokasi wisata, kedua tempat itu juga ditetapkan sebagai warisan cagar budaya.

Padahal jika ditelusuri, bangunan peninggalan Belanda di Kampung Darangdan ini besar kemungkinan sejarahnya tidak terlepas dari keberadaan kedua benteng yang disebutkan tadi.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Cukup sulit memang mencari sumber referensi yang jelas terkait sejarah bangun tersebut. Namun warga sekitar menyebut bangunan itu sebagai Jembatan Bedeng atau ada juga yang menyebutnya sebagai Benteng Darmaga Darangdan.

Dari pengamatan detikcom di lokasi, bekas bangunan yang dikelilingi perkebunan dan persawahan warga itu, saat ini dijadikan sebagai kawasan tempat pemakaman umum (TPU) bernama Makam Bedeng di dusun Darangdan. Puing bangunan itu seolah sengaja dibenamkan dari sejarah sehingga dibiarkan rusak begitu saja.

ADVERTISEMENT

Bangunan setinggi kurang lebih 6 meter itu menyerupai bekas irigasi atau bendungan. Ada 6 ruas pintu air yang membelah aliran sungai tersebut. Tiga pintu air memiliki ukuran lebih dalam, sementara 3 pintu air lainnya lebih dangkal.

Keenam pilar pintu air itu berjejer di tengah derasnya aliran sungai Cipeles. Sementara salah satu sisi bangunannya tampak miring akibat bagian pondasinya yang tergerus oleh aliran sungai.

Sementara di daratan atau yang kini menjadi lahan pemakaman yang lokasinya tepat berada di sebrang puing bekas 'jembatan', terdapat sisa puing bangunan menyerupai bekas pondasi tiang dan pondasi lantai rumah.

Endang Suherman (57) Warga asli Kampung Darangdan mengatakan dinamai jembatan Bedeng lantaran jembatan itu menuju ke sebuah bangunan yang konon sebagai tempat beristirahatnya tentara Belanda atau warga menyebutnya Bedeng Belanda.

"Jadi puing-puing yang ada di lahan makam, kalau kata orang tua-orang tua dulu, dulunya merupakan bekas bangunan rumah tempat beristirahatnya tentara Belanda atau bedeng Belanda makanya jembatannya dinamai jembatan bedeng," ungkapnya kepada detikcom, sambil menunjuk puing-puing yang ada di tanah pemakaman.

Endang pun menceritakan saat dirinya masih berusia belasan tahun dan puing-puing itu masih berfungsi sebagai jembatan. Disebutkannya, jembatan itu dulunya memiliki lebar sekitar 1,5 meter dengan pegangan besi di sisi kiri kanannya.

"Lantai jembatannya berupa kayu jati asli, kayu jatinya juga kayu jati asli yang sangat tebal, sisi kiri kanan ada pegangan besinya, kayu jatinya kalau masih ada sekarang sepertinya bagus sekali kualitasnya," ungkapnya.

Namun sayang, lantaran minimnya perhatian dari pemerintah serta adanya prilaku orang-orang yang tidak bertanggungjawab, bagian-bagian dari jembatan itu pun kini sudah banyak yang hilang.

"Ya karena minim perhatian dari pemerintah, kayu jati, besi-besinya banyak yang hilang karena diambilin sama orang-orang tidak bertanggungjawab, sekarang yang tersisa hanya seperti ini dan sudah tidak bisa jadi jembatan lagi," terang dia.

Ia pun menyayangkan jembatan Bedeng yang memiliki nilai sejarah bagi Sumedang dibiarkan hancur begitu saja.

"Ya sayang saja, kalau dibiarkan rusak seperti ini, padahal ada nilai sejarahnya bagi Sumedang," ucapnya.

Hal senada diungkapkan warga lainnya, Yadi (43). Ia masih ingat saat masih kanak-kanak sering melintasi jembatan Bedeng yang berlantaikan kayu jati.

"Saya masih ingat kalau lagi ngejar layangan putus suka nyebrang lewat jembatan bedeng ini," ujarnya.

Ia menyebutkan, jembatan Bedeng cukup kokoh lantaran, selain memiliki beberapa pilar yang sedemikian rupa, juga ditopang oleh dua besi baja disisi kiri dan kanannya.

Namun sayangnya, kata dia, sejumlah material bagian jembatan itu kini sudah banyak yang hilang.

"Bisa terlihat besi baja penopang untuk lantai kayu jatinya yang tinggal satu, kalau dulu masih ada dua, kayu jatinya juga, sekarang yang sisa tinggal puing-puingnya," ujarnya.

Jembatan Bedeng Darangdan sendiri, jika dilestarikan tentunya menjadi salah satu catatan sejarah penting bagi Sumedang terutama saat di bawah kekuasaan Hindia Belanda.

Selain itu, jika difungsikan kembali tentunya menjadi salah satu penghubung antara Kampung Darangdan dan Kampung Nalegong di Kecamatan Sumedang Selatan.

Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.
Hide Ads