Yana bersama jajarannya mengecek batas-batas lahan milik Pemkot Bandung seluas 46 hektare. Selain dimiliki Pemkot Bandung lahan eks TPA yang kemudian ditutup akibat adanya longsor sampah pada 2006 silam itu juga dimiliki oleh Kota Cimahi dan Kabupaten Bandung.
Yana mengatakan tujuannya meninjau aset milik Pemkot Bandung itu bukan untuk rencana reaktivasi lahan untuk menjadi TPA lagi, namun untuk tujuan lain yang tak berkaitan dengan pemanfaatan lahan sebagai tempat pembuangan sampah.
"Kadi kita ngecek aset milik Pemkot Bandung saja, bukan untuk pembuatan TPA lagi. Enggak lah kalau untuk TPA lagi," ungkap Yana kepada wartawan, Senin (22/11/2021).
Yana menyebut perlu proses yang teramat panjang kalaupun memang lahan tersebut digunakan sebagai TPA lagi. Belum lagi dengan trauma masyarakat sekitar yang kerabatnya menjadi korban longsor sampah 2006 silam.
"Jadi bukan untuk reaktivasi TPA, akan panjang langkahnya kalau untuk TPA. Ini kan masih ada trauma yang dulu. Meskipun sebetulnya jalan dan lokasi mirip (TPA) Sarimukti, ini juga jauh dari permukiman," kata Yana.
Usai meninjau lahan tersebut Yana mengatakan bakal mengkaji rencana pemanfaatan lahan ke depannya seperti apa. Namun salah satunya, yakni pemanfaatan lahan untuk ketahanan pangan.
"Rencana ke depan kita lihat dulu. Tapi karena subur (lahannya) lebih ke ketahanan dan diversifikasi pangan sepertinya. Kita coba ajak (Dinas) pertanian dan peternakan, kita lihat dulu pokoknya," ujar Yana.
"Kalau kolaborasi dengan Cimahi, ya ajak ngobrol aja dulu. Tapi kita optimalisasi lahan kita saja," tutur Yana menambahkan.
Di sisi lain, pihaknya juga masih memikirkan untuk menyelesaikan permasalahan sampah yang masih menjadi pekerjaan rumah Pemkot Bandung.
"Kita coba nanti dari TPS itu sampah kita olah berdasarkan klasifikasinya. Sampah yang punya nilai ekonomis di daur ulang. Sampah organik itu bisa jadi kompos atau maggot," ujar Yana kepada detikcom saat meninjau lahan eks TPA Leuwigajah, Senin (22/11/2021).
Pengurangan sampah dengan pengolahan berdasarkan jenisnya diharapkan bisa juga mengurangi sampah dari TPS yang kemudian akan dibuang ke TPA Sarimukti.
"Prinsipnya kita coba dulu, harapannya sekian persen bisa selesai di TPS. Jadi sampah yang yang terangkut ke TPA itu hanya residunya saja," kata Yana.
Yana mengakui beberapa waktu lalu permasalahan sampah di Kota Bandung semakin menjadi akibat ditutupnya TPA Sarimukti selama dua hari akibat krisis bahan bakar.
"Kita juga enggak pernah bayangkan ada masalah di TPA Sarimukti seperti beberapa waktu lalu. Ya akhirnya kita bingung juga karena itu. Tapi untuk sekarang sirkulasi (TPA Sarimukti) sudah normal, mudah-mudahan bisa kejar ritase sampah kita," ucap Yana.
Di sisi lain, Yana menyebut TPA Sarimukti seharusnya bisa mulai menerapkan teknologi pemrosesan sampah. Mengingat saat ini baru teknologi open dumping saja yang diterapkan.
"Harusnya ke depan mungkin (TPA) Sarimukti bisa pemrosesan juga, kalau sekarang kan masih open dumping. Saya ke sana juga ketinggiannya memang sudah berlebih. Apalagi di belakangnya itu kan tebing-tebing, mudah-mudahan tidak seperti (TPA) Leuwigajah," jelas Yana. (mso/mso)