Ketersediaan armada pengangkut sampah di Kabupaten Bandung Barat (KBB) masih jauh dari ideal. Alhasil pelayanan pengangkutan sampah di 10 kecamatan belum bisa optimal.
Kepala Unit Pelayanan Teknis (UPT) Kebersihan pada Dinas Kesehatan (Dinkes) Bandung Barat, Nurjaman mengatakan untuk saat ini pihaknya hanya memiliki 38 armada pengangkut sampah. Padahal idealnya untuk melayani 16 kecamatan se Bandung Barat harus ada 50 unit.
"Sekarang kita baru punya 38 armada. 30 unit truk dan 8 kendaraan kecil. Tapi truk yang eksisting harus dihapus sebagian, terutama yang sudah tua-tua," ungkap Nurjaman kepada detikcom di Kantor UPT Kebersihan KBB, Selasa (9/11/2021).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Tak cuma ketersediaan armada pengangkut sampah yang masih kurang, kebanyakan truk pengangkut sampah milik UPT Kebersihan KBB kondisinya kurang baik karena truk tersebut sudah tua atau keluaran lama.
"Banyak yang keluaran lama, ada yang dari 1998 masih kita pakai truknya. Masa dipaksakan terus, nanti malah biaya perawatannya lebih besar," tutur Nurjaman.
Untuk mengatasi kekurangan truk pengangkut sampah ini pihaknya sudah mengajukan penambahan armada pada tahun depan dengan jumlah delapan unit truk dengan anggaran dari APBD KBB.
"Kita mengajukan penambahan 8 truk tapi itu juga belum tentu dapat 8, bisa saja hanya 6. Semoga ini diperhatikan karena bagi UPT perihal pengangkutan ini sangat penting," jelas Nurjaman.
Saat ini pelayanan pengangkutan sampah di Bandung Barat baru mencakup 10 kecamatan saja, sedangkan untuk 6 kecamatan lainnya terutama di daerah selatan belum bisa terlayani.
"Sebetulnya kalau dihitung jumlah penduduk di 16 kecamatan, eksisting sampah itu ada di kisaran 650 ton per hari. Tapi yang baru terlayani baru 150 ton per hari itu dari 10 kecamatan," kata Nurjaman.
Sementara untuk sisa sampah yang belum terlayani terutama di daerah selatan seperti Gununghalu, Cipongkor, Sindangkerta, hingga Cikalongwetan biasanya sampah tersebut dibakar dan ada juga yang ditimbun oleh warga.
"Daerah selatan yang belum terlayani mungkin sampahnya dibakar. Kita tidak tahu, tapi yang penting kalau secara tradisional biasanya itu warga gali lubang, sampahnya dibakar, lalu tutup lagi," terang Nurjaman.
(mud/mud)