Awal tahun lalu, Keraton Kasepuhan Cirebon, Jawa Barat, meluncurkan aplikasi bernama Gwido. Aplikasi ini memiliki peran layaknya pemandu wisata.
Gwido menjadi jawaban dunia wisata di Kota Cirebon dalam beradaptasi di era digital. Keraton bekerja sama dengan perusahaan swasta mengembangkan aplikasi tersebut. Hingga hari ini, Keraton Kasepuhan Cirebon masih memanfaatkan Gwido sebagai panduan bagi wisatawan.
Sejak pertama diluncurkan hingga saat ini memang belum terlalu diminati. Namun, Direktur Badan Pengelola Keraton Kasepuhan (BPKK) Ratu Raja Alexandra Wuryaningrat optimistis Gwido bisa lebih berkembang.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Alexandra tak menampik Gwido menjadi solusi bagi wisatawan pada awal pandemi. Sebab, pemerintah memberlakukan PPKM. Sektor wisata ditutup sementara saat itu. Gwido pun menjadi alternatif bagi wisatawan melepas rindunya untuk berkunjung ke Keraton Kasepuhan.
"Aplikasi Gwido ini di dalamnya ada informasi soal silsilah, sejarah Goa Sunyaragi, Keraton Kasepuhan, agenda tradisi dan paket wisata," kata Alexandra saat berbincang dengan detikcom, Senin (1/11/2021).
Tak hanya informatif, aplikasi yang diluncurkan era Sultan Sepuh XV PRA Arief Natadiningrat itu juga interaktif. Aplikasi ber-ikon songkok hijau khas Cirebon itu memiliki fitur augmented reality (AR), teknologi yang menggabungkan benda maya dengan lingkungan nyata. Pengunjung yang telah mengunduh Gwido cukup lakukan scan di stiker berkode batang atau barcode. Stiker ini ditempelkan di beberapa benda pusaka yang ada di Museum Pusaka Keraton Kasepuhan Cirebon.
"Barcode masih bisa diakses. Masih bisa digunakan pengunjung," kata Alexandra.
"Di dalamnya juga ada promosi dan paket wisata. Tapi semenjak pandemi hatga tiket atau palet wisata di keraton sudah berubah. Kita akan evaluasi untuk perubahan harganya," kata Alexandra menambahkan.
Saat ini tiket masuk keraton Rp 15 ribu. Untuk museum yang sebelumnya Rp 20 ribu, kini jadi Rp 15 ribu. Bahkan, Keraton Kasepuhan menawarkan paket terusan, pengunjung cukup membayar Rp 20 ribu bisa menikmati area keraton dan museum.
"Kunjungan sudah mulai meningkat. Peningkatan sudah mulai terasa sejak acara maulid," ucap Alexandra.
Keraton Kasepuhan saat ini berupaya memaksimalkan teknologi yang ada. Rencananya, pembayaran tiket dan pelayanan lainnya bisa menggunakan Quick Response Code Indonesia Standard (QRIS), kanal pembayaran elektronik menggunakan kode batang.
"Kita sudah koordinasi dengan BankBJB dan Bank Indonesia (BI). Saya sudah siapkanrekeningnya untukQRIS. Tinggal pelaksanaan saja," tutur Alexandra.
Kembangkan Wistakon
Pemanfaatan teknologi digital tak hanya dilakukan pengelola wisata seperti Keraton Kasepuhan Cirebon. Pemkot Cirebon juga telah meluncurkan aplikasi bernama Wistakon, akronim dari Wisata Kota Cirebon. Wistakon diluncurkan pada 2018 silam.
Usia aplikasi milik pelat merah ini memang masih tiga tahun. Namun, Dinas Komunikasi Informatika dan Statistik (DKIS) Kota Cirebon terus mengembangkan aplikasi tersebut. Kini Wistakon lebih interaktif.
"Memang setiap tahun kita evaluasi. Awalnya informatif, sekarang interaktif. Pengguna bisa login dan me-review obyek wisata, atau agenda wisata," kata Kepala Seksi Pengelolaan Domain Bidang Infrastruktur Teknologi dan Komunikasi DKSI Kota Cirebon Dodi Solihudin saat berbincang dengan detikcom.
Sekadar diketahui, Wistakon memiliki fitur yang menampilkan obyek wisata, seperti keraton, kuliner, hotel, dan lainnya. "Sekarang kan hanya gambar-gambar, ke depan kita ingin ada video di dalamnya. Ini bagian promosi kita," ucap Dodi.
DKIS juga tengah mengembangkan Wistakon sebagai aplikasi kedaruratan bagi wisatawan. Wistakon bakal diintegrasikan dengan layanan kedaruratan 112. "Nanri ada panic button di dalam aplikasi. Wisatawan atau masyarakat bisa menekan tombol itu saat ada kejadian kedaruratan di tempat wisata," kata Dodi.
Ekonomi Kreatif
Evolusi Wistakon masih dinanti masyarakat, khususnya pelaku UMKM. DKIS berencana memanfaatkan Wistakon sebagai media promosi bagi UMKM. Wisatawan bisa memanfaatkan Wistakon untuk membeli produk UMKM khas Cirebon.
"Jadi tak hanya hotel-hotel yang kita muncul. Tahun depan kita ingin Wistakon ini bisa membantu pertumbuhan ekonomi. Kita sediakan ruang promosi bagi UMKM. Gratis, tanpa biaya," kata Kepala DKIS Kota Cirebon Ma'ruf Nuryasa.
Ma'ruf menjelaskan Kota Cirebon telah menerapkan smart city. Adanya Wistakon bagian dari city branding yang dilakukan Pemkot Cirebon. "Jadi selain branding, korelasinya mengarah pada promosi. Tak hanya wisata, tapi ekonomi juga," kata Ma'ruf.
DKIS saat ini tengah mendata UMKM yang ingin bekerja sama. Ia menjamin tak ada pungutan biaya bagi UMKM yang ingin produknya mejeng di Wistakon.
"Silakan. Tanpa perlu membayar untuk biaya promosi. Sebetulnya kita sudah punya potensi," ucap Ma'ruf.