Ponsel milik Anjas Asmara berdering kencang, nadanya yang khas membuat sang empunya segera mengusap layar untuk membuka bilah pemberitahuan. Katanya ada tugas memanggil, bergegas pemuda berusia 23 tahun itu menghampiri sepeda motornya yang terparkir di Gg Pesantren, Pagarsih, Kota Bandung.
"Ada yang pesan makanan di Cibadak, ya alhamdulillah hari ini cukup ramai orderan, mungkin hujan jadi banyak yang pesan makan lewat online," ujar Anjas sambil menyela mesin sepeda motornya, Jumat (29/10/2021).
Baca juga: 5 Fakta Gojek yang Sudah 11 Tahun Berdiri |
Hujan rintik-rintik yang mengguyur Kota Kembang petang itu, tak mengeringkan tekadnya. Ia justru makin bersemangat, dipakainya jas hujan lantas berlalu menembus tiap lekuk jalan Gg Pesantren.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Rutinitas menjadi pengendara ojek online (ojol) digeluti Anjas sejak awal 2020 atau saat pandemi COVID-19 baru merebak. Kala itu, Anjas baru selesai menjalani masa binaan selama empat tahun di Lapas Jelekong Bandung. Ia tersandung kasus penyalahgunaan narkotik.
Sebelum tancap gas, dia bercerita kepada detikcom bahwa ia sempat dilanda gamang ketika harus menyambung hidup begitu bebas dari bui. Stigma masyarakat kepada eks narapidana membuatnya khawatir, jangankan untuk mencari pekerjaan, mau bersosialisasi dengan warga sekitar pun rasanya canggung.
"Agak bingung juga sih waktu itu, mau ngelamar kerja ke mana, lagi pandemi yang lain juga sulit cari kerja," kata pria yang memiliki senyum yang tulus ini.
Di tengah kebuntuannya, uluran tangan datang dari Residivist Driver Online Community (RDOC) R2. Sebuah komunitas yang dibidani Yayasan Anugerah Insan Residivist (AIR) pada 2019, gerakannya adalah pemberdayaan warga mantan binaan lapas. Di sana, Anjas dibina agar lebih mudah beradaptasi sekaligus diajak produktif dengan menjadi ojol.
"Kang Anton yang mengajak saya untuk masuk ke situ, kemudian di awal-awal saya belajar ngambil orderan di Gojek, 1,5 tahun berlangsung alhamdulillah ya cukup hasilnya," ujar Anjas.
"Alhamdulillah gabung dengan RDOC banyak manfaatnya, bisa bersilaturahmi dengan yang lain, ada kak Heri Coet (pembina AIR), kita diarahkan yang positif dan selalu diberi wejangan agar jangan jatuh di lubang yang sama," ujar Anjas menambahkan.
Baca juga: Cemerlang dari Balik Gang |
Berkah dari 'Ngojol' ini membuatnya bangkit lagi, Anjas bisa memberikan uang untuk ibunya sekaligus menyokong perekonomian keluarganya. Ia pun bisa mencicil sepeda motor matic dari hasil keringatnya memenuhi kebutuhan pelanggan di jalanan.
"Saya ngebid itu dari jam 9 pagi sampai jam 9 malam, tergantung juga sih kadang lebih malam tapi hasilnya sesuai. Tapi kalau lagi bete ya pulang lebih awal, ngegojek kan bebas tidak terpatok," katanya.
Simak juga 'Lihat Lagi Seruan Mantan Pimpinan Agar Buron MIT Segera Pulang':
Ketua Komunitas RDOC R2 Anton Rochman Mulyana mengatakan, saat ini komunitasnya beranggotakan 28 orang. 95 persen diantaranya merupakan eks residivis.
Dia mengatakan, yayasan telah bekerjasama dengan Gojek dan penyedia layanan ojol lainnya dalam menyediakan 'akun khusus' bagi anggota RDOC. Saat pertama kali bergabung, Anton pun dipinjamkan sepeda motor untuk mengaspal di jalanan sampai akhirnya bisa membeli motor sendiri.
"Awalnya saya tak punya motor, juga gelagapan, tapi lambat laun belajar dan dibina, akhirnya bisa beli motor sendiri," kenangnya.
![]() |
Menjadi Ojol ini, ujar Anton, hanya salah satu kegiatan pemberdayaan yang dilakukan Yayasan AIR. Menurutnya, eks residivis ini diberdayakan lewat jalur konveksi, sablon, kick boxing hingga menjadi sekuriti. Hal itu sesuai dengan jargon yayasan yakni 'X Residivist Aktif, Kreatif, Produktif'.
"Justru orang tuh enggak takut, mereka malah mengapresiasi kami banyak yang tanya ini itu soal komunitas kami. Intinya mereka kagum," katanya.
"Kalau buat saya sih kelebihannya, kalau pakai jaket atribut X Residivist justru kalau ngebid malam-malam enggak bakal ada pelaku kriminal yang gangguin, karena pas lihat eh eks residivis, nanti ketemu di penjara lagi," kelakar Anton sambil tertawa.
Baca juga: Motor Listrik Gojek Masuk Uji Coba Komersial |
Pemberdayaan dan pembinaan kepada para mantan narapidana ini melalui agenda kopi darat atau melalui grup WhatsApp. Biasanya, Anton mendengarkan curhatan dari sesama rekannya di komunitas.
"Alhamdulillah mereka bisa jaga amanah, anggota komunitas juga bisa hidup dengan lebih baik," ucap Anton.
![]() |
Riset Lembaga Demografi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia (LD FEB UI) memperkirakan kontribusi ekonomi digital Gojek dan GoTo Financial (di luar Tokopedia) sebanyak 1,6% dari PDB Indonesia atau sekitar Rp 249 triliun di tahun 2021. Angka ini meningkat 60% dibanding tahun sebelumnya.
"Riset tahun ini menunjukkan bahwa mayoritas mitra dalam ekosistem Gojek mulai mengalami pemulihan pendapatan dibandingkan awal pandemi," ujar Peneliti LD FEB UI Dr. Alfindra Primaldhi dalam keterangannya.
Hal itu terungkap dalam riset berjudul 'Dampak Ekosistem Gojek terhadap Perekonomian Indonesia 2021: Mendukung Pemulihan Ekonomi Nasional.'.Ada temuan menarik lainnya dari riset ini adalah kemampuan ekosistem Gojek membantu mitra-mitranya tetap tumbuh sehingga mereka optimis terhadap pemanfaatan platform online sebagai tempat mencari nafkah.