"Pesanan baru diterima!" Notifikasi GoBiz khusus mitra usaha GoFood itu berbunyi nyaring dari ponsel milik Nisa Fadilatul Rohmah.
Caca, sapaannya, terperanjat selagi bercengkerama bersama anak. Dia beringsut menggapai gawai yang tergeletak di meja ruang tengah rumah.
"Sengaja volumenya dikeraskan. Saya ambil handphone-nya, terus orderan diterima," ujar pengelola 'Daebak Street Food Sekepondok' ini.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
![]() |
Selama hampir setahun ini telinga Caca 'bersahabat' dengan tanda pemberitahuan aplikasi tersebut. Audio bersuara wanita di ponselnya itu memacu Caca semangat berniaga.
"Saya terdoktrin suara notifikasinya," kata Caca tertawa.
Dia berjualan menu Korean Food di dua tempat berbeda. Salah satu cabang menempati rumah mertuanya di Gang Sekepondok 3, Kota Bandung.
"Meski berada di gang, pemesan atau pembeli selalu ada. Kuncinya memiliki niat kuat dan serius berwirausaha," tuturnya.
Bisnis kuliner skala rumahan, menurut dia, tak kalah agresif dengan kafe yang berdiri kokoh di pinggir jalan utama. Senjata andalan Caca hanya menjaga kualitas pelayanan kepada konsumen GoFood dan tidak pelit bumbu.
GoFoodies berdomisili di Bandung Raya silih berganti membidik kudapan racikan Caca yang di antaranya steak, chicken rice bowl, dan sushi. Harga jualnya di bawah Rp 20 ribu.
"Usaha online di rumah kan nggak harus punya roda. Nggak perlu sewa tempat. Uangnya bisa dipakai modal dan beli paket data internet," ucap Caca.
Berkah cemerlang dari balik gang dirasakan mitra GoFood lainnya, Ida Hadiani. Dia terlihat sibuk menyiapkan makanan khas tradisional di warungnya yang nyempil di Gang Apandi.
"Alhamdulillah, ramai pembeli," kata Ida sambil mengaduk bumbu.
Dua kompor gas terdiri empat pembakaran menyala serentak. Empat wajan menghiasi kompor itu dijejali bahan baku seblak-cobek. Tangan kanan Ida lincah meliuk-liuk. Tiga driver ojek online menanti orderan konsumen itu tuntas diolah Ida.
![]() |
Rahmat Abidin meladeni sesi wawancara saat istrinya tersebut berjibaku merampungkan makanan yang digandrungi GoFoodies. Berbagai menunya kisaran harga Rp 5 ribu hingga Rp 25 ribu.
"Kalau takeaway seharinya 200 hingga 250 porsi. Jumlah tersebut belum dihitung dengan konsumen yang makan di sini. Total 500 porsi per hari. Seblak-cobek ini camilan semua kalangan," tutur Rahmat.
Patokan mulut Gang Apandi tepat di samping Toko Djawa, Jalan Braga. Gang yang hanya cukup dilewati satu motor ini saksi kesuksesan Rahmat dan Ida.
"Rezekinya sudah di gang," ucap Rahmat yang merintis bisnis seblak sejak 2011.
"Pesanan baru diterima!". Orderan GoFood singgah di ponsel Ida.
Anak perempuan pertama Ida, yang terjun membantu di rumah selagi masih kuliah daring, secepat kilat merespons pesanan. Ida pun kembali bergeliat memasak seblak.
Sang Penyelamat
Gojek menghadirkan solusi untuk bangkit bersama para pegiat UMKM yang sempat terdampak pagebluk COVID-19.
"Saya gabung GoFood gara-gara pandemi," kata Caca, mitra GoFood.
Dia bercerita, pada Desember 2020, masa kerja kontrak suaminya tak diperpanjang. Namun, Caca dan suami menolak terpuruk. Duit sang suami digelontorkan untuk bisnis kuliner menu Korean Food. Caca belajar autodidak mengolah kudapan.
Sistem berdagang secara daring yang ditopang teknologi inovasi Gojek terbukti menumbuhkan dan memperkuat UMKM. Perusahaan teknologi karya anak bangsa tersebut menyelamatkan UMKM. Hal itu diamini Caca.
"Sekarang era digitalisasi. Optimistis jualan via online bakalan bagus ke depannya dengan bantuan platform digital," tutur Caca.
Efek pandemi dialami Rahmat Abidin. Ia dan istrinya, Ida Hadiani, sempat tutup warung.
"Pada awal pandemi (Maret 2020) itu orang-orang ketakutan. Lima bulan nggak berjualan," ucap Rahmat.
Ia menggelorakan istri agar kembali menyibak warung seblak. Dua bulan berlalu, seorang kreator konten medsos menyambangi warung 'Seblak Teh Ida Braga' di Gang Apandi.
"Kreator konten itu mengulas seblak. Videonya viral," katanya.
Semenjak itu konsumennya berlimpah. Guna menjaring banyak pembeli, istrinya ikut mitra GoFood. Pendapatan ekonomi yang semula merosot, berbalik meroket.
"Baru tujuh bulan gabung GoFood. Penjualan lebih cepat dan sangat membantu," ujarnya.
Warung 'Seblak Teh Ida Braga' pun kewalahan meladeni pembeli. "Saya fokus bantu istri dan memutuskan keluar kerja karena bisnis ini prospeknya menjanjikan," ucap Rahmat.
Gojek menginisiasi berbagai layanan saat masa pandemi. Layanannya berupa pengantaran tanpa kontak, menyediakan opsi pembayaran nontunai melalui GoPay, dan paket sanitasi untuk mitra GoFood.
"Selain itu, kita ada program vaksin untuk driver dan merchant. Customer bisa melihat di aplikasi kalau driver sudah divaksinasi. Customer memesan GoFood merasa nyaman dan aman karena mengetahui restoran menerapkan prokes dan higienis," tutur VP Strategic Regional Gojek Centra & West Java Anandita Danaatmadja.
Gojek pun membentuk Komunitas Partner GoFood (KOMPAG) untuk wadah pengembangan UMKM kuliner di Indonesia. Anggotanya mendapatkan berbagai pelatihan untuk meningkatkan kemampuan berbisnis di platform online.