Suhu udara di wilayah Bandung Raya dalam beberapa hari belakangan terasa lebih panas terutama saat pagi hingga siang hari. Hal tersebut ternyata terkait posisi semu matahari hingga kondisi cuaca.
Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Bandung menyebut pada tanggal 23 September posisi matahari berada di sekitar ekuator kemudian terus bergerak ke wilayah selatan ekuator.
"Saat ini posisi semu matahari berada di belahan selatan ekuator dengan posisi lintang 7 derajat Lintang Selatan, sehingga kondisi suhu udara akan terasa panas pada siang hari," ungkap Kepala BMKG Bandung Teguh Rahayu kepada detikcom, Senin (25/10/2021).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Rahayu menjelaskan selain itu penyebab udara terasa gerah adalah akibat tingginya tingkat kelembaban relatif di wilayah Bandung Raya. Proses evapotranspirasi menyebabkan tingginya kelembapan relatif dan menghasilkan awan.
Berdasarkan pantauan alat pengukur suhu udara di Kota Bandung dalam satu pekan terakhir, suhu udara maksimum yang tercatat sebesar 30,6 derajat Celcius.
"Proses ini yang menyebabkan cuaca juga terasa panas dan gerah atau dalam bahasa sunda itu biasanya disebut dengan istilah 'ngelekeb' di siang hingga sore hari," jelas Rahayu.
Kendati pada pagi hingga siang hari suhu udara terasa sangat panas, namun menjelang sore potensi hujan dengan intensitas ringan hingga sedang juga terus membayangi Bandung Raya.
Wilayah Jawa Barat sendiri termasuk Bandung Raya di dalamnya sudah memasuki musim hujan pada September Dasarian I dan akan bertahap memasuki musim hujan hingga Desember Dasarian II.
"Puncak musim hujan akan terjadi pada November 2021 hingga Februari 2022," tegas Rahayu.
Pihaknya meminta masyarakat di wilayah Bandung Raya agar mewaspadai potensi bencana hidrometeorologi yang bisa terjadi beberapa waktu kedepan.
Di Kabupaten Bandung Barat setidaknya ada 10 wilayah yang masuk kategori waspada banjir, banjir bandang, hingga longsor di antaranya Gununghalu, Rongga, Sindangkerta, Parongpong, Cisarua, Lembang, Cikalongwetan, Padalarang, Ngamprah, dan Cipatat.
"Tetap waspada potensi cuaca ekstrem yang bisa terjadi selama pancaroba ini," pungkas Rahayu.
(ern/ern)