Menengok Ponpes Tertua di Bandung yang Cetak Banyak Ulama

ADVERTISEMENT

Hari Santri

Menengok Ponpes Tertua di Bandung yang Cetak Banyak Ulama

Wisma Putra - detikNews
Minggu, 24 Okt 2021 19:33 WIB
Ponpes Sukamiskin Bandung
Ponpes Sukamiskin Bandung (Foto: Wisma Putra/detikcom).
Bandung -

Malam itu hujan mulai reda, kondisi jalan masih basah, suara kenalpot di Jalan Raya AH Nasution, Kota Bandung terdengar nyaring di telinga dan kendaraan berbagai jenis pun berlalulalang di jalan itu.

Tepatnya di kawasan Arcamanik yang lokasinya tidak jauh dari Lapas Sukamiskin, terdengar lantunan salawat. Lantunan salawat itu berasal di dalam bangunan tua dengan cat putih hitam.

Suara salawat semakin terdengar, saat detikcom mendekati bangunan yang memiliki arsitektur lawas itu. Bangunan tersebut merupakan bangunan Pondok Pesantren (Ponpes) Sukamiskin.

detikcom pun berkesempatan masuk ke dalam bangunan pesantren yang sudah tercatat sebagai salah satu bangunan cagar budaya di Kota Bandung ini.

"Peringatan Hari Santri Nasional kita peringati secara sederhana, bersama penghuni pondok," kata pimpinan Pondok Pesantren Sukamiskin KHR Abdul Aziz Haedar saat berbincang bersama detikcom belum lama ini.

Abdul Azis yang karib disapa Kang Ee ini berujar, peringatan Hari Santri Nasional ini digelar atas inisiatif penghuni pondok. Dekorasi hingga panggung juga ditata oleh santri.

"Mereka sudah pada mandiri, panggung, lampu-lampu, dekorasi, mereka yang pasang. Kita hanya menyediakan alat-alat dan barang-barangnya," ujar Kang Ee.

Peringatan Hari Santri Nasional di Ponpes Sukamiskin ini, diisi dengan kegiatan positif, dari mulai lomba karya seni hingga cerdas cermat. Sekedar informasi, untuk santri yang mondok di Ponpes ini ada sekitar 370 santri, sedangkan jika ditambahkan siswa yang duduk di bangku Tsanawiyah dan Aliyah sekitar 800 siswa.

Usai melihat sedikit penampilan santri, detikcom pun diajak ke dalam bangunan pesantren ini. Kang Ee menunjukkan barang-barang peninggalan sesepuhnya dulu yang masih ada di dalam bangunan pesantren seperti lemari.

Ponpes Sukamiskin BandungPonpes Sukamiskin Bandung Foto: Wisma Putra

Selain itu, Kang Ee juga menunjukan arsitektur gedung dari mulai bentuk bangunan hingga ubin yang tidak pernah diganti sejak pertama pesantren ini didirikan.

"Lemari-lemari, kalau itu jendela baru diganti (beberapa tahun ke belakang), ubin ini masih bawaannya, itu ada yang warnanya hitam-hitam kena bara api (berasal dari ledakan bom), tapi kalau rangka (kayu penyangga genteng) ini masih yang dulu," ungkapnya.

Kang Ee mengatakan, Pesantren Sukamiskin merupakan salah satu pesantren tertua di Kota Bandung bahkan di Jawa Barat. Selain itu, pesantren ini banyak mencetak ulama dan membangun pondok pesantren di kampung halamannya, salah satunya Pesantren Baitul Arqom Pacet dan Pesantren Aljawami Cileunyi.

"Pesantren Sukamiskin didirikan Tahun 1881 lalu oleh KH R Muhammad bin Alqo," ucap Kang Ee.

Menurutnya, pesantren ini dikelola oleh keluarga atau warisan turun temurun. Kang Ee merupakan generasi kelima yang mendapatkan tugas untuk menyebarkan syiar Islam melalui pesantren ini.

Kang Ee menjelaskan, pada masa kepemimpinan KHR Ahmad Dimyati atau setelah KHR Muhammad bin Alqo Pesantren Sukamiskin satu-satunya yang sudah melakukan modernisasi, salah satunya dalam memberikan pembelajaran kepada para santri.

"Era KHR Ahmad Dimyati periode kedua 1911 dimoderenisasikan pondok, sebelumnya belum ada klasiska, setelah almarhum datang dari Mekkah ada klasika, kurikulum bagus, sampai sekarang. Pendidikan pesantren seperti formal, ada per kelas," katanya.

Kang Ee juga menyebut, Pesantren Sukamiskin satu-satunya pesantren di Jawa Barat yang terlebih dahulu menggunakan Bahasa Sunda.

"Pertama pakai bahasa Sunda, kan asalnya pakai logat Jawa, Pesantren Sukamiskin pertama Sunda. Sekarang bacaan, masih pakai Sunda, doa setelah salat istilahnya wirid yang dipakai itu, sapinah nya sama, juruniyah nya sama," ujarnya.

Kang Ee mengemban amanah untuk mempertahankan ajaran ulama, salah satunya karangan atau karya tulis KHR Ahmad Dimyati yang masih eksis saat ini.

Menurutnya, santri-santri yang menimba ilmu di seluruh pesantren di Indonesia, termasuk di Pesantren Sukamiskin dan bisa menyelesaikan tugasnya sebagai santri merupakan orang-orang yang hebat.

Selain ilmu keagamaan yang didapatkan dari pesantren, santri juga mendapat ilmu pengetahuan umum yang didapatkannya di bangku sekolah.

"Mereka harus sekolah khusus kepondokan dan sekolah umum. Anak-anak berat sebetulnya yang kuat itu memang hebat," tuturnya.

"Setelah jemaah salat subuh sampai jam setengah 7 ngaji. Terus sekolah sampai dzuhur, jam 2 dia masuk lagi ke pondok ngaji lagi. Setelah salat isya ngaji sampai jam 11," tambahnya.

Dengan menimba ilmu di pondok pesantren, Kang Ee mengatakan, mental anak-anak akan kuat. Menurutnya, ada saja santri yang tidak betah, namun persentase sangat sedikit misalkan dari 100 hanya ada 2-3 orang santri yang keluar dari tiap angkatannya.

"Kita tumbuhkan mental, jangan cengeng. Menimba ilmu di pesantren juga harus timbul dari anak kalau mondok, makannya tanya dulu apakah ini kemauan anak apa orang tua," ujarnya.

(wip/mso)


ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT