Pengelola Keramba Jaring Apung (KJA) di perairan Waduk Saguling dan Cirata, Kabupaten Bandung Barat diminta untuk tidak menebar benih ikan terlebih dahulu. Hal itu sebagai antisipasi terjadinya kematian massal ikan secara mendadak seperti yang terjadi beberapa waktu lalu akibat cuaca ekstrem.
Sebelumnya sekitar 10 ton ikan yang ada di perairan Waduk Saguling dan Cirata, KBB, mati mendadak. Kematian ikan itu disinyalir akibat faktor cuaca ekstrem yang terjadi sejak beberapa hari belakangan.
Kebanyakan ikan yang mati merupakan jenis ikan mas dan nila, baik yang masih benih maupun yang sudah siap panen di Keramba Jaring Apung (KJA). Ikan yang mati ada di Blok Ugrem, Blok Tangan-tangan, dan Blok Balong yang masuk ke wilayah administratif Desa Bongas dan Desa Batulayang.
Kepala Seksi Kesehatan Ikan dan Lingkungan pada Dinas Perikanan dan Peternakan (Dispernakan) KBB Iip Kusyaman mengatakan jika hal itu dilakukan setidaknya potensi kerugian yang dialami petambak KJA bisa diminimalisir.
"Kita juga instruksikan panen penjarangan untuk ikan yang sudah besar, mengurangi intensitas pemberian pakan ketika kualitas air jelek, dan mengurangi kepadatan tebar ikan. Itu upaya minimalisirnya," ujar Iip kepada wartawan, Jumat (22/10/2021).
Secara teknis penyebab kematian ikan secara massal itu akibat umbalan air atau gejala upwelling. Upwelling sendiri memang selalu terjadi setiap tahunnya terutama pada saat kondisi cuaca ekstrem memasuki musim penghujan.
"Gejala upwelling ini membuat air yang hangat berputar ke permukaan sementara yang dingin turun ke dasar. Sebetulnya sebagian petambak ikan sudah bisa memprediksi kapan akan terjadinya (upwelling) dengan memperhatikan kondisi cuaca," beber Iip.
Budidaya ikan di KJA perairan Waduk Saguling dan Cirata sendiri menjadi penyumbang ikan konsumsi yang cukup produktif di wilayah Bandung Barat.
"Seperti di Dermaga Bongas dalam semalam bisa menghasilkan 10 ton, Dermaga Rancapanggung 5 ton, Dermaga Cihampelas 7 ton, belum termasuk Cirata. Jadi kalau banyak ikan mati produksi turun drastis dan kami tidak mau itu terjadi," ujar Iip.
(mso/mso)