Polisi masih mengulik jejak pembunuh Tuti Suhartini dan anaknya Amalia Mustika Ratu. Makam kedua warga tersebut pun dibongkar untuk menelisik lebih lanjut misteri kematian ibu dan anak tersebut. Lalu apa hasil autopsi ulang polisi ?
Sementara itu puluhan sopir angkot elf di Cianjur mogok karena merasa dirugikan oleh travel gelap. Bagaimana ceritanya?
Sejumlah peristiwa menarik lainnya terjadi di Jabar hari ini, berikut ulasannya:
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Misteri Jejak Waktu dan Senjata Pembunuh di Subang
Sebulan lebih kasus belum terungkap, polisi membongkar makam Tuti Suhartini (55) dan anak Amalia Mustika Ratu alias Amel (23) di Subang, Jawa Barat, Sabtu (2/10). Kedua jenazah diangkat dari liang lahat dan dilakukan autopsi ulang di tempat oleh tim penyidik gabungan.
Polisi enggan mengungkap hasil autopsi ulang jenazah ibu-anak korban pembunuhan sadis itu. Autopsi dilakukan untuk mengecek korban dibunuh dengan senjata tajam atau bukan. Selain itu, polisi menelusuri kembali jejak waktu pelaku menghabisi korban.
"Hasil autopsi itu langsung dikirimkan kepada penyidik, jadi kita tidak sembarangan, karena kita minta itu penyidik dari Polres Subang, dari hasil autopsi itu nanti dilaporkan ke penyidik untuk dievaluasi kembali," ucap Kabid Humas Polda Jabar Kombes Erdi A Chaniago di Mapolda Jabar, Jalan Soekarno Hatta, Kota Bandung, Rabu (6/10/2021).
Erdi menuturkan autopsi ulang dilakukan oleh penyidik untuk mencari kesesuaian dengan bukti dan petunjuk baru yang dimiliki penyidik. Polisi juga ingin mencari tahu penyebab kematian dari ibu-anak tersebut.
"Kita melihat lagi kesesuaian. Apakah penyebab kematiannya kedua korban tersebut dibunuh, apakah melakukan perlawanan, apakah kemudian untuk menentukan waktu kematiannya? Kita cari kesesuaian kembali," ujarnya.
"Sehingga setelah melihat hasil autopsi tersebut, di antaranya juga mengenai alat yang digunakan. Apakah tumpul atau tajam?" kataErdi menambahkan.
Sopir Elf Cianjur Mogok
Puluhan angkutan umum elf di Cianjur menggelar aksi mogok memprotes keberadaan travel gelap yang makin marak. Pasalnya keberadaan travel gelap membuat angkutan elf sepi penumpang.
Bahkan travel gelap semakin aktif beroperasi usai memiliki legalitas atau berbadan hukum.
Ade Ruslan, sopir elf, mengatakan para sopir sudah geram dengan maraknya travel gelap. Sebelumnya travel gelap hanya beroperasi saat momen mudik lebaran, namun kini di hari biasa pun juga beroperasi.
"Jadi sekarang juga terus beroperasi, tidak hanya di momen mudik lebaran Idul Fitri atau Idul Adha. Setiap hari mereka naik-turunkan penumpang," ujar dia saat ditemui di Terminal Pasirhayam, Rabu (6/10/2021).
Menurutnya para sopir sudah beberapa kali melakukan protes, namun tidak ada tindakan dari Dinas Perhubungan atau pihak terkait.
"Sudah bosan protes, mulai dari audiensi hingga mogok beroperasi. Janjinya mau ditindak atau ditertibkan, tapi nyatanya sekarang tetap beroperasi. Bahkan informasinya mereka ada yang berbadan hukum, jadi merasa bebas untuk mengangkut penumpang," kata dia.
Ade menegaskan para sopir akan terus mogok jika masalah tersebut tak kunjung selesai."Kalau tidak kunjung ada solusi, kami akan terus mogok," tegasnya.
"Percuma mau beroperasi juga, penumpang tidak ada. Semuanya diambil oleh travel gelap. Percuma ada trayek, karena travel gelap bebas kemana saja," tambahnya.
Senada, Pian, sopir trayek Cianjur-Agrabinta, mengatakan sejak maraknya travel gelap, setiap beroperasi angkutan elf hanya mendapat satu atau dua penumpang.
"Paling banyak empat penumpang. Sering nya paling hanya dua penumpang. Mau dapat penghasilan dari mana dengan penumpang yang hanya segitu. Jangankan untuk keluarga, untuk bensin saja kurang," ucapnya.
Dia berharapDishub bisa bertindak tegas terkait maraknya travel gelap. "Kalau dibiarkan terus, angkutan elf bisa mati,"pungkasnya.
Anggota DPRD Indramayu Tersangka Bentrok Maut yang Tewaskan 2 Orang
Polisi menetapkan tujuh tersangka terkait peristiwa bentrokan maut di lahan tebu perbatasan antara Kabupaten Indramayu dan Majalengka yang menewaskan dua petani.
Para tersangka itu merupakan pentolan dan anggota Forum Komunikasi Masyarakat Indramayu Selatan (F-Kamis).
"Di waktu sesaat setelah kejadian kita langsung mengamankan anggota F-Kamis dan pemeriksaan terhadap 26 orang. Kita tetapkan tujuh tersangka, salah satunya ketua F-Kamis," kata Kapolres Indramayu AKBP M Lukman Syarif kepada awak media saat jumpa pers di Mapolres Indramayu, Jawa Barat, Rabu (6/10/2021).
Lukman mengatakan konflik lahan garapan tebu di wilayah PG Jatitujuh terjadi selama bertahun-tahun. Menurutnya, F-Kamis selama ini terus memprovokasi masyarakat dan petani untuk mempertahankan lahan garapan secara sepihak, dalam artian enggan bermitra dengan PG Jatitujuh.
"Kita laksanakan tindakan tegas. Tidak ada premanisme, intimidasi dan pemerasan terhadap masyarakat kecil. Sebetulnya petani ingin bermitra," ucap Lukman.
Sekadar diketahui, ketua F-Kamis merupakan salah seorang anggota DPRD Kabupaten Indramayu dari Partai Demokrat yang berinisial T. Dari hasil pemeriksaan polisi, T diduga terlibat dalam memprovokasi petani.
"Ketua F-Kamis ini perannya menggerakkan, menghasut dan melawan petani yang menggarap atau menjadi mitra (PG Jatitujuh)," kata Lukman.
Selain memprovokasi petani yang bentrok. Lukman menambahkan F-Kamis juga berperan dalam provokasi terhadap kepolisian. "Beberapa hari lalu kita lakukan penindakan dan dihadang orang-orang yang bawa senjata tajam (sajam)," kata Lukman.
Sebelumnya, ketua F-Kamis yang diamankan kepolisian merupakan anggota DPRD Kabupaten Indramayu dari Partai Demokrat. DPC Partai Demokrat Indramayu mengaku telah menyiapkan langkah-langkah terkait kadernya yang diduga terlibat dalam konflik petani tebu itu.
Ketua Badan Penelitian dan Pengembangan (Balitbang) DPC Partai Demokrat Harris Solihin partainya masih menyelidiki keterlibatan T selaku Ketua F-Kamis dalam peristiwa bentrok yang menewaskan dua petani itu.
"Menurut penjelasannya, dia sebagai ketua F-Kamis. Tetapi itu di luar dari organisasi kami (partai)," kata Harris saat jumpa pers di kantorDPRD KabupatenIndramayu, Jawa Barat, Selasa (5/10/2021).
Pertokoan di Ciamis Kebakaran, 2 Tewas
Pertokoan di Kawasan Kanis, Jalan RE Martadinata, Kabupaten Ciamis, Jawa Barat, hangus terbakar, Rabu (6/10/2021). Dalam peristiwa tersebut 2 orang meninggal dunia dan 1 orang mengalami luka-luka.
Ada 3 toko yang sudah terbakar, yakni toko tembakau (bako), toko donat dan kios makanan. Sampai pukul 18.30 WIB, petugas pemadam kebakaran dari Ciamis dibantu dari Tasikmalaya masih melakukan pendinginan karena api di bagian dalam pertokoan masih menyala.
Wakil Bupati Ciamis Yana D Putra meninjau langsung ke lokasi kebakaran. Yana menjelaskan semua armada Damkar Ciamis dan tangki pengisi air dikerahkan. Dibantu dari PDAM, kepolisian dan pihak lainnya termasuk bantuan dari Damkar Kota Tasikmalaya.
"Api masih menyala di bagian dalam, sekarang masih melakukan pemadaman. Semua damkar kita kerahkan. Dari kejadian ini sementara ada 2 korban meninggal dunia dan 1 orang luka-luka. Sudah dievakuasi," ujar Yana.
Yana menyatakan belum mengetahui pasti penyebab kebakaran tersebut. Pihaknya akan melakukan identifikasi terkait asal api yang membakar sejumlah pertokoan di Ciamis. "Kita akan cari tahu penyebab kebakaran," katanya.
Diketahu di belakang pertokoan tersebut adalah rumah. Korban meninggal diduga terjebak api dan yang sedang sakit sehingga tidak bisa menyelamatkan diri.
Sementara itu Soni, seorang anggota keluarga pemilik toko mengatakan berdasarkan keterangan dari adik iparnya api diduga dari kompor minyak yang lupa dimatikan oleh pegawai.
"Saya tanya ke adik ipar, katanya kompor lupa dimatikan. Pegawai pulang sore. Yang ada di rumah tidak mengetahui, saat tau api sudah membesar. Maunolong tidak sempat. Tadi tiga orang di dalam," ujarnya.
Polda Jabar Dalami Kasus Ustaz Solmed
Ustaz Solmed mengadukan ke polisi terkait pencemaran nama baik oleh panitia pengajian di Garut ke Polda Jabar. Polisi akan menindaklanjuti pengaduan itu.
"Ya jadi memang yang bersangkutan 5 Oktober kemarin dia datang dan melapor dalam bentuk surat pengaduan," ucap Kabid Humas Polda Jabar Kombes Erdi A Chaniago saat dikonfirmasi, Rabu (6/10/2021).
Aduan tersebut berkaitan dengan pencemaran nama baik yang dilakukan Tisna dan Suwarna.
Menurut Erdi, pengaduan itu akan ditindaklanjuti oleh tim Direktorat Reserse Kriminal Khusus Polda Jabar.
"Nanti pengaduan tersebut, ini kan bahan dalam rangka penyelidikan. Tentunya surat pengaduan tersebut akan dipelajari oleh Direktorat Kriminal Khusus terkait permasalahan yang dilaporkan oleh ustaz Solmed," tutur Erdi.
"Setelah dipelajari, kemudian ada beberapa hal yang akan dilakukan, yaitu dengan memanggil saksinya dalam rangka penyelidikan ya," kata Erdi menambahkan.
Sebelumnya, ustaz Solmed dituduh oleh Suwarna telah melanggar perjanjian dalam ceramah. Ia membatalkan sepihak, padahal sudah menerima uang Rp 8 juta. Ustaz Solmed pun membantahnya
Ustaz Solmed tidak datang ke acara pengajian di Kampung Cisamak, Desa Cisewu, Kecamatan Cisewu, Kabupaten Garut, Jawa Barat karena mendapatkan halangan di jalan. Akses menuju kampung tersebut tertutup imbas longsor. Semula acara pengajian itu di Pangalengan, Bandung, Jawa Barat.