Kebun Raya Bogor (KRB) merupakan hutan eks situ seluas 87 hektare yang menjadi rumah bagi ribuan tumbuhan langka, bahkan terancam punah. Berdasarkan catatan, Kebun Raya Bogor kini memiliki koleksi 13.563 spesimen, 3.423 jenis, 1.259 marga dan 222 famili.
Adanya polusi udara, aktivitas manusia dan faktor biologi serta usia pohon-pohon di KRB yang makin meningkat diduga mengakibatkan penurunan kualitas pohon KRB. Penurunan kualitas KRB dapat dilihat dari tingkat kerusakan yang diderita oleh pohon-pohon penyusunnya. Kerusakan yang terjadi dapat disebabkan oleh adanya penyakit, serangga hama, gulma, api, cuaca, satwa dan aktivitas manusia.
Untuk mengetahui kondisi kesehatan koleksi pohon di kawasan Kebun Raya Bogor, sejumlah peneliti secara rutin melakukan pemeriksaan dan pengawasan pohon dengan menggunakan alat dan metode khusus. Hal ini dilakukan sebagai upaya untuk keberadaan tumbuhan koleksi tetap terjaga sekaligus antisipasi pohon tumbang akibat kekeroposan, terutama saat kondisi cuaca ekstrem terjadi di Bogor.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Koordinator Tim Analis Kesehatan Pohon dari Pusat Penelitian Konservasi Tumbuhan dan Kebun Raya Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Rizmoon Nurul Zulkarnen mengatakan ada dua metode yang digunakan dalam memeriksa kesehatan pohon. Metode pertama dengan metode visual, yakni metode pengecekan menggunakan format yang dimodifikasi dari International Society of Arboriculture (ISA) atau dengan Forest Health Monitoring (FHM).
![]() |
Metode kedua yaitu pengecekan menggunakan alat bernama PiCUS Sonic Tomograph. Alat canggih buatan Jerman ini digunakan untuk mengetahui persentase kelapukan atau keropos pohon.
"Kedua cara itu esensinya sama, yaitu untuk mendeskripsikan kerusakan yang terjadi pada akar, batang, dan tajuk percabangan," kata Rizmoon, Selasa (5/10/2021).
Hingga triwulan ke-3 tahun 2021, ada 185 pohon koleksi Kebun Raya Bogor yang dicek kondisi kesehatannya. Dari hasil pengecekan, sejumlah tindakan penanganan direkomendasikan. Di antaranya berupa pemangkasan ranting, pemotongan batang dan penebangan total (tebang habis).
"Penindakan dengan penebangan total sangat dihindari karena ada kepentingan konservasi yang lebih utama. Tapi, jika terpaksa karena ada aspek keselamatan nyawa, tindakan pemangkasan berat dengan menyisakan 4-6 meter batang utama atau tebang habis akan dilakukan," tuturnya.
Namun, menurut Rizmoon, setiap rekomendasi penindakan dibarengi dengan perbanyakan koleksi agar Kebun Raya Bogor tidak kehilangan material koleksi. Rekomendasi juga mempertimbangkan posisi koleksi, status konservasi dan status koleksinya di Kebun Raya Bogor.
"Kita juga minta pertimbangan tim kurator koleksi dalam menentukan pertimbangan rekomendasi jika diperlukan. Tim kurator beranggotakan senior-senior peneliti kebun raya yang notabene lebih paham dan mengerti kondisi koleksi tumbuhan kebun raya," ujarnya.
Rizmoon mengungkapkan saat ini ada lima zona di Kebun Raya Bogor yang harus dihindari pengunjung karena terdapat pohon dengan kondisi kesehatan yang kurang baik. Menurutnya, zona rawan itu telah dipasangi garis pembatas agar pengunjung tidak melintas. Kelima zona itu berada di Jalan Astrid, Jalan Kenari 1, Jalan Kenari 2, sekitar kantor KRB, dan sekitar Griya Anggrek.
"Kita pasang pembatas di lima zona tersebut, agar pengunjung tidak mendekati lokasi itu atau menggelar acara di tempat tersebut," ucap Rizmoon.
![]() |