Beragam peristiwa terjadi di Jawa Barat dan Banten hari ini. Mulai dari pelatih Persib Bandung dijual di toko online hingga mantan Bupati Purwakarta Dedi Mulyadi jadi saksi sidang Ade Brkah dan Siti Aisyah.
Berikut rangkuman beritanya:
2 Petani Tebu Tewas Dibacok Sejumlah Orang di Indramayu
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dua petani tebu asal Majalengka tewas mengenaskan. Korban diserang dan dibacok sekelompok orang bersenjata tajam di lahan tebu milik PG Jatitujuh, Indramayu, Jawa Barat.
Lokasi kejadian ini berlokasi di perbatasan Majalengka-Indramayu atau tepatnya di Desa Kerticala, Kecamatan Tukdana, Indramayu, hari ni. Informasi yang dihimpun, dua warga Majalengka yang tewas bernama Suhenda dan Yayan. Jasad dua korban itu dibawa ke Puskesmas Jatitujuh Majalengka.
Yaya Sumarya, saksi mata menjelaskan, awalnya kedua korban dan para pekerja tengah membajak lahan tebu. Tiba-tiba pihaknya diserang oleh sekelompok orang dari salah satu forum masyarakat.
"Di lokasi, kami pukul 9.30 WIB melakukan pembajakan lahan. Pada pukul 10.30 itu kemudian tiba-tiba ada penyerangan. Akibatnya ada korban dua orang," kata Yaya di Puskemas Jatitujuh Majalengka.
"Saat itu seperti perang. Kami lagi garap lahan, kemudian diserang. Semua pekerja berlarian dan korban ini jatuh ke parit langsung di bacok oleh mereka," ujar dia menambahkan.
Melihat korban yang terluka parah, Yaya dan pekerja lainnya berusaha membantu korban. Namun nyawa Suhenda dan Yayan tak tertolong saat tiba di Puskesmas Jatitujuh.
"Luka bacok di kepala, leher dan tangan," ucap Yaya.
Camat Jatitujuh Ikin Asikin membenarkan ada dua warganya yang tewas akibat diserang dan dibacok sekelompok orang. Dia menegaskan saat kejadian itu Suhenda dan Yayan tengah menggarap lahan tebu.
"Iya betul ada korban jiwa. Dua orang meninggal dunia. Kami benarkan bahwa korban ini adalah warga Kecamatan Jatitujuh," ujar Ikin.
Berdasarkan informasi, kata Ikin, dua warganya tersebut tengah bekerja sebagai petani yang bermitra dengan PG Jatitujuh untuk menggarap lahan tebu. Namun tidak diduga-duga, sekelompok orang menyerang sejumlah petani. Serangan tersebut, menurut Ikin, disebabkan karena adanya sengketa lahan yang belum terselesaikan.
"Kronologinya karena kemitraan menggarap lahan tebu HGU milik PG Jatitujuh yang masih bersengketa. Kemudian sekelompok forum masyarakat menyerang. Terjadilah bentrok antara petani kemitraan dengan kelompok itu," ujarnya.
"Kedua korban dibawa ke RS BhayangkaraIndramayu untuk di autopsi," ucapIkin.
Fakta Ustaz di Sukabumi Dilantik Nyi Roro Kidul
Sejumlah fakta terungkap pasca beredarnya permintaan maaf dari seorang pria yang mengaku sebagai pembuat pesan suara kewalian seorang ustaz Encep yang dilantik Nyi Roro Kidul di Kecamatan Surade, Kabupaten Sukabumi.
Fakta mulai waktu pembuatan pesan suara hingga kemudian tersebar dan membuat resah warga di Kecamatan Surade. Meski pembuat pesan suara itu sudah meminta maaf, kasus tersebut hingga kini masih ditangani aparat Polres Sukabumi.
Pertama, asal muasal surat dimana Arif Rahman Hakim, dalam pengakuannya kepada Ketua DPC GP Ansor Kecamatan Surade Hamdin Al Murdani mengaku membuat pesan suara itu pada Rabu (29/9). Pesan suara itu kemudian ia kirim ke grup aplikasi perpesanan dan kemudian tersebar keluar.
"Yang menyebar ke grup LSM KPK Pasundan saya enggak tahu ya. Hanya saja pak Arif mengaku dia yang bikin voice di WAG itu, itu hari Rabu katanya bikinnya, sampai ke saya Kamis pagi, bada magrib hari Kamis saya temui pak Arfnya," kata Hamdin, Minggu (3/10).
Kedua, pihak GP Ansor mengklarifikasi perbuatan Arif yang membuat pesan suara yang disebut membuat gaduh dan merugikan pemilik pesantren yakni ustaz Encep. Hamdin menjelaskan bahwa tidak pernah ada pengakuan kewalian yang diucapkan oleh ustaz Encep.
"Saya sampaikan bahwa saya terlibat di dalamnya selama 25 hari. Saya ikut dari awal sampai akhir, saya bilang itu bohong, setelah itu hari Jumat pagi, malamnya klarifikasi dengan camat, kades, perwakilan Polsek dan Koramil. Kemudian menjawab pernyataan publik atas tuduhan mengakunya ustaz Encep menjadi wali kami buat klarifikasi video dari ustaz Encep," tutur Hamdin.
Kamis (30/9) malam, video klarifikasi kemudian dibuat, klarifikasi ustaz Encep itu isinya begini. "Assalamualaikum pada hari ini, Kamis tanggal 30 September jam 20.00 WIB, dengan ini di Ponpes Nurul Ikhlas, saya atas nama Encep Jenal Muttaqin tempat tanggal lahir Sukabumi 04 01 1988. Dengan ini saya menyatakan bahwa saya tidak pernah menyatakan sebagai wali atau mengajarkan ajaran-ajaran sesat yang tidak sesuai dengan ajaran Islam. Adapun berita yang telah tersebar itu adalah hoaks. Demikian pernyataan klarifikasi ini saya buat dengan keadaan sadar sehat jasmani dan rohani serta tidak ada paksaan dari pihak manapun," kata Ustaz Encep.
Klarifikasi itu disaksikan oleh aparat desa dan kecamatan. Hadir juga dari kepolisian dan TNI. Video klarifikasi yang dibuat Ustaz Encep itu kemudian diviralkan dengan maksud untuk menetralisir pesan suara yang sudah lebih dulu viral.
Ketiga, Ketua GP Ansor Kecamatan Surade Hamdin Al Murdani, yang juga santri dari Ponpes Nurul Ikhlas, diajak berunding oleh keluarga besar ustaz Encep yang mengaku dirugikan setelah tersebarnya pesan suara itu.
Banyak kegiatan yang kemudian dibatalkan, sampai kemudian langkah hukum diambil untuk menetralisir tekanan akibat hoaks dalam pesan suara itu.
"Ini enggak bisa dibiarkan ini harus masuk ke jalur hukum. Keluarga yang minta saya jelaskan kapasitas saya sebagai Ansor, saya hanya menjadi saksi dan kapasitas saya terlibat dalam kegiatan tersebut kerjasama antara Ansor dengan pesantren acara haul akbar terakhir," ujarnya.
Pada Jumat (1/10) pagi, akhirnya persoalan itu dilimpahkan ke LBH GP Ansor Kabupaten Sukabumi. Keluarga ustaz Encep sudah menguasakan seluruh persoalan tersebut ke LBH GP Ansor. Tidak lama kasus itu kemudian dilaporkan ke aparat kepolisian.
Dalam keterangannya kepada detikcom, polisi membenarkan soal pelaporan itu. "Munculnya keresahan di warga terkait adanya dugaan seseorang yg mengaku sebagai wali, Polres melakukan langkah awal melakukan pulbaket dilokasi baik terhadap ustaz yang diduga maupun keterangan saksi sekitar lokasi," kata Kapolres Sukabumi AKBP Dedy Darmawansyah, Sabtu (2/10).
Hasil keterangan awal, polisi tidak menemukan fakta bahwa Ustaz Encep menyatakan diri sebagai wali. "Hasil Pulbaket awal diketahui bahwa ustaz tersebut tidak pernah menyatakan dirinya sebagai wali, sehingga yang bersangkutan merasa dirugikan dan melaporkan kejadian tersebut ke Polres Sukabumi," tutur Dedy.
Empat, pihak GP Ansor menerima pesan suara berisi permintaan maaf dari Arif pria pembuat pesan suara itu. Pesan dari Arif itu diterima setelah LBH dan keluarga Ustaz Encep melaporkan soal hoaks dan fitnah itu kepada aparat kepolisian.
"Laporan sudah masuk tiba-tiba ada voice note ke saya permohonan maaf jangan ada pihak ketiga dan lain-lain. Saya bilang bukan minta maaf ke saya, silahkan minta maaf ke ustaz Encep. Kalau yang mau lapor itu bukan urusan saya, karena saya tidak dirugikan. Yang dirugikan pribadi ustaz dan lembaga. Nah setelah itu jam tiga sore kalau enggak salah dia bikin video klarifikasi. Itu laporan sudah masuk, kita sudah kuasakan ke LBH GP Ansor, sorenya jam lima ada empat saksi diperiksa termasuk saya," kata Ketua DPC GP Ansor Kecamatan Surade Hamdin Al Murdani.
"Setelah pulang saya ngobrol dengan keluarga, penyelesaian secara hukum bukan wilayah ustaz lagi dan keluarga. Ini sudah dikuasakan ke LBH. Tapi jika ada yang mau minta maaf, yang sudah menyebarkan dan membuathoaks soal isu ini saya maafkan, kata ustaz bahkan sebelum meminta maaf sudah saya maafkan. Proses hukum bukan saya lagi yang berkewajiban, membereskan dari LBH GP Ansor," tutur dia menambahkan.
Ustaz Encep Zainal Muttaqin menjelaskan soal kasus yang menimpanya di Mapolres Sukabumi. Pria yang menjadi korban hoax soal isu wali yang dilantik oleh Nabi Khidir dan Nyi Roro Kidul itu menceritakan terkait kasusnya ke sejumlah awak media.
Menariknya Ustaz Encep terlihat bertelanjang dada dan mengenakan sarung warna hijau lengkap dengan sandal, ia terlihat didampingi Kapolres Sukabumi AKBP Dedy Darmawansyah, Dian Maulana kuasa hukum dari LBH GP Ansor Kabupaten Sukabumi dan Ketua DPC GP Ansor Kecamatan Surade Hamdin Al Murdani.
"Assalamualaikum, saya bernama Encep Zaenal Mutaqien bahwa saya mengaku sebagai wali, saya bantah itu berita hoax itu berita bohong dan saya tidak tahu kejadiannya. Namun saya memaafkan, secara pribadi dan keluarga kepada yang bersangkutan namun secara hukum tetap berlanjut karena kami sudah menguasakan kepada yang berwajib. Itu yang saya sampaikan," kata Ustaz Encep kepada awak media, di ruang Aula Presisi Polres Sukabumi, Senin (4/10/2021).
Pelatih Persib Dijual di Toko Online
Jagat maya di Kota Bandung dihebohkan postingan di salah satu marketplace, atau toko online, yang menjual Pelatih Persib Bandung Robert Rene Alberts.
Dari hasil penelusuran detikcom di aplikasi Shopee, hari ini ada dua postingan dengan akun berbeda yang menjual Robert Albert dan dibanderol Rp 1.933.
Postingan pertama Robert Albert mengenakan Jersey berwarna hitam ada tulisan RA di dada sebelah kanan dan logo Persib Bandung di dada sebelah kiri.
"DIJUAL PELATIH PERSIB.... MINUS SERI 4 KALI DAN MINIM TAKTIK," tulis pemilik akun Shopee Vertueshippingco.ltd, sebagaimana dilihat detiksport.
Di postingan kedua, Robert Albert mengenakan jersey berwarna biru muda bercorak biru tua dengan tulisan RA di tengah dan logo Persib Bandung di dada sebelah kiri.
"Dijual Pelatih Persib Bandung, Minus 4x seri dan miskin taktik," tulis pemilik akun tomytrianggoro33.
Postingan-postingan tersebut diduga dibuat oleh pihak-pihak yang kecewa terhadap pelatih Persib Bandung Robert Albert.
Sekadar diketahui, dalam pertandingan terakhirPersib Bandung melawan PSM Makasar di Stadion Wibawa Mukti, Cikarang, Bekasi, Sabtu (2/10) lalu berakhir seri dengan skor 1-1. Hasil seri yang diraih klub berjuluk 'Maung Bandung' ini merupakan hasil seri ke empat setelahPersib bertanding dengan Bali United, Borneo FC dan Persikabo 1973.
Ibu dan Anak Korban Pembunuhan di Subang Diautopsi Ulang
Polisi melakukan autopsi ulang terhadap jenazah ibu-anak korban pembunuhan sadis di Subang. Lalu apa hasil autopsi ulang tersebut?
"Enggak, nggak bisa (diungkap) untuk kepentingan penyidik," ujar Kabid Humas Polda Jabar Kombes Erdi A Chaniago saat dikonfirmasi, hari ini.
Menurut Erdi, hasil autopsi ini akan dibawa ke laboratorium untuk diperiksa. Menurut Erdi, autopsi dilakukan untuk mencari kesesuaian penyebab kematian dengan bukti dan petunjuk baru.
"Mereka mengevaluasi dan menganalisis untuk melakukan tindakan ke depannya disesuaikan hasil dari autopsi itu," kata Erdi.
Soal bukti dan petunjuk baru, Erdi enggan menjelaskan. Menurutnya hal itu hanya untuk konsumsi penyelidikan. Meski demikian, dia memastikan autopsi ulang ini juga salah satunya untuk mengungkap siapa pelaku pembunuhan.
"Iya tentu saja (untuk ungkap pelaku)," kata dia.
Sebelumnya, Makam ibu Tuti Suhartini (55) dan anak Amalia Mustika Ratu (23) korban pembunuhan di Kecamatan Jalan Cagak, Subang dibongkar petugas kepolisian. Kedua jasad diangkat dari liang lahat dan dilakukan autopsi ulang di tempat oleh tim penyidik gabungan.
Hal ini dibenarkan oleh Fajar Sidik, kuasa hukum Yosep yang merupakan ayah dan suami dari kedua korban tersebut. Ia mengatakan pembongkaran makam itu dilakukan sekitar pukul 14.00 hingga selesai pukul 17.00 WIB.
"Betul tadi malam pada saat jam setengah 12 malam pak Yosep dihampiri oleh penyidik polres Subang untuk meminta izin terhadap pembongkaran makam , tujuannya kami secara detail belum tau apa yang dilakukan penyidik mungkin ini daripada bagian dari pendalaman perkara," ujar Fajar Sidik Dihubungi via telepon, Sabtu (02/09) lalu.
Dedi Mulyadi Bantah Dapat Bantuan dari Ade-Siti untuk Pilgub Jabar
Anggota DPR RI Dedi Mulyadi diperiksa sebagai saksi atas kasus suap proyek di Indramayu. Dedi dicecar perihal bantuan uang hingga barang dari Ade Barkah dan Siti Aisyah untuk kepentingan Pilgub Jabar.
Mengenakan kemeja putih serta iket kepala putih, Dedi hadir di ruang 1 Pengadilan Tipikor Bandung, Jalan LLRE Martadinata, Kota Bandung, hari ini.
Dedi lantas ditanya perihal ada tidaknya pemberian dari Ade Barkah dan Siti Aisyah. Kedua nama tersebut merupakan terdakwa dalam perkara ini.
Saat ditanya perihal hal tersebut, Dedi membantah. Dia mengaku tak pernah menerima uang dari Ade Barkah maupun Siti Aisyah.
"Tidak pernah," ujar Dedi.
"Atau apa pernah dilaporkan timses ada sumbangan Rp 100 juta dari Siti Aisyah?," kata jaksa menanyakan lagi.
"Tidak pernah," jawab Dedi lagi singkat.
"Semua terkait pencalonan saudara di Pilgub Jabar ya," kata jaksa KPK menambahkan.
Pertanyaan jaksa KPK berkaitan dengan dakwaan KPK terhadap Siti Aisyah. Dalam dakwaan disebutkan bila Siti Aisyah menerima uang dari Abdul Rozaq Muslim sebesar Rp 100 juta untuk kepentingan Pilgub Jabar.
Jaksa juga menanyakan ada tidaknya instruksi dari Dedi Mulyadi kepada anggota dewan fraksi Golkar untuk penyediaan telur ayam dan sarung untuk diberikan kepada masyarakat berkaitan dengan Pilgub Jabar.
"Masih dalam rangka Pilgub, apakah ada tugas kepada Ade Barkah untuk penyediaan sarung dibagikan ke masyarakat?" tanya jaksa.
"Tidak ada," kata Dedi.
"Apakah pernah menerima uang dari terdakwa Siti Aisyah terkait penyediaan sarung dan telur ayam dalam Pilgub Jabar sebesar Rp 100 juta?" kata jaksa menanyakan lagi.
"Tidak pernah," kata Dedi.
Dalam kesempatan itu, majelis hakim Surachmat kemudian membacakan berita acara pemeriksaan (BAP) Dedi Mulyadi. Dalam BAP-nya, disebut justru Siti Aisyah mendukung Ridwan Kamil.
"Saya tidak pernah meminta uang untuk pencalonan calon gubernur. Sepengetahuan saya, Siti Aisyah mendukung Ridwan Kamil," kata hakim membacakan BAP Dedi.
"Betul," jawab Dedi.
Sementara itu, Siti Aisyah diberi kesempatan hakim untuk menanggapi. Siti Aisyah menyebut bahwa keterangan Dedi Mulyadi tidak benar.
"Semua keterangan saksi tidak benar," kata Siti Aisyah melalui virtual.
Siti Aisyah menyebut bila dirinya pernah diminta untuk memberikan kontribusi sebesar Rp 300 juta yang uangnya kemudian dibawa ke Purwakarta. Siti Aisyah juga mengaku bila diminta kontribusi peningkatan survei dengan metode lima kali transfer dengan nominal Rp 10-15 juta untuk biaya timses.
"Saksi juga minta kontribusi empat unit laptop. Waktu itu diantar langsung ke pendopo," katanya.
Hakim lantas mengkonfrontir langsung pernyataan Siti Aisyah itu ke Dedi Mulyadi. Dedi membantah langusung keterangan Siti Aisyah.
"Saya tetap tidak pernah meminta apapun saat pencalonan Gubernur Jawa Barat," kata Dedi menjawab.