Kawanan monyet ekor panjang turun gunung hingga menyambangi area kafe dan restoran yang ada di pinggir Jalan Raya Tangkuban Parahu, Lembang, Kabupaten Bandung Barat (KBB).
Kedatangan kawanan monyet ekor panjang itu terjadi beberapa hari lalu, namun tak cuma sekali melainkan datang beberapa kali. Mereka biasanya mulai keluar dari dalam hutan yang berada di belakang area kafe pada pagi hari.
Menanggapi fenomena tersebut pawang hewan sekaligus pelestari lingkungan Steve Ewon menyebutnya sebagai cara alam berkomunikasi dengan manusia terkait kerusakan lingkungan
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Itu sesuatu yang disampaikan alam, dalam arti komunikasi alam dengan manusia bahwa sekarang alam sudah rusak. Karena habitat mereka sudah rusak dan tak ada makanan, secara alami kan makanannya serangga, buah, dan dedaunan," ungkap Steve Ewon saat dihubungi detikcom, Kamis (30/9/2021).
"Di teritorial mereka pepohonan sangat berkurang karena alih fungsi lahan dan hutan. Ya kemudian menyebabkan mereka akhirnya keluar dari habitatnya dan datang ke permukiman manusia," kata Ewon menambahkan.
Pria yang kini mengemban jabatan sebagai Kepala Desa Kertawangi, Kecamatan Cisarua, Bandung Barat itu menyebut perlu ada penyeimbangan kondisi alam di Bandung Barat yang merupakan habitat berbagai satwa salah satunya monyet ekor panjang.
"Dulu kan hutan Perhutani itu hutan produksi, nah sekarang dimanfaatkan untuk jasa pariwisata. Otomatis habitat dan makanan mereka (monyet ekor panjang) hilang karena ada pembukaan lahan. Intinya semua harus seimbang dan tidak boleh sampai ada ketimpangan," tutur Ewon.
Ia mengatakan alih fungsi lahan dan hutan yang terjadi saat ini perlu disikapi dengan bijak. Misalnya dari kacamata aktivis lingkungan, perlu ada penghentian alih fungsi tersebut dengan melibatkan semua pihak.
"Di Cikole misalnya banyak alih fungsi lahan. Menyikapinya tergantung sudut pandang. Kalau kami sebagai aktivis lingkungan dan pencinta fauna harus menyeimbangkan semuanya. Banyak menanam pohon, tidak membuka lahan sembarangan, nah diedukasi ke semuanya," jelas Ewon.
Di sisi lain fenomena turunnya monyet ekor panjang ke permukiman bahkan kafe dan restoran di Lembang bisa kadi suguhan entertainment bagi wisatawan yang sedang berkunjung.
"Nah beda lagi kalau dari sudut pandang entertainment. Kita harus bersyukur itu jadi suguhan pariwisata. Dengan banyaknya kera atau monyet datang ke tempat-tempat itu jadi suguhan. Tapi jangan menyalahi, jadi dimanfaatkan dan dieksploitasi tapi kelestarian mereka dan habitatnya tidak diperdulikan," ujar Ewon.
Kabar mengenai turun gunung kawanan monyet ekor panjang ke permukiman penduduk di kawasan Lembang, Bandung Barat, tak cuma kali ini saja terjadi mengingat Lembang dikelilingi hutan yang merupakan habitat hewan dengan nama latin Macaca Fascicularis itu.
(mso/mso)