Kisah Ambruknya Sanggar Wayang Wong di Cirebon Saat Mencoba Bangkit

Kisah Ambruknya Sanggar Wayang Wong di Cirebon Saat Mencoba Bangkit

Sudirman Wamad - detikNews
Senin, 27 Sep 2021 13:31 WIB
Kisah ambruknya sanggar wayang wong tertua di Cirebon
Kisah ambruknya sanggar wayang wong tertua di Cirebon (Foto: Sudirman Wamad)
Cirebon -

Seni wayang wong Cirebon atau wayang orang sempat mati suri selama 25 tahun. Di tengah pandemi COVID-19, kesenian wayang wong mencoba bangkit.

Sanggar Seni Setiya Negara, salah satu sanggar wayang wong tertua di Cirebon tengah berupaya membangkitkan kesenian asal masyarakat wilayah pantai utara (Pantura) Jawa Barat ini.

Sanggar Setiya Negara berlokasi di Desa Suranggela Lor, Kecamatan Suranenggala, Kabupaten Cirebon, Jawa Barat. Sekadar diketahui, sanggar ini merupakan warisan dari maestro wayang wong, yang juga dikenal sebagai seniman serbabisa yakni Mama Kandeg. Dua tahun lalu, cucu dari Mama Kandeg, Wawan Dinawan terketuk hatinya untuk membuka kembali aktivitas di Sanggar Setiya Negara. Wawan tetap optimis bisa menghidupkan kembali wayang wong. Meski kondisi sanggar sangatlah memprihatinkan.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Setelah kembali dibuka, aktivitas di sanggar wayang wong tertua itu mulai ramai. Wawan mengaku melatih sekitar 130 murid. Tak hanya wayang wong, Wawan bersama guru seni lainnya mengajarkan tari tradisional dan kreasi. Sayangnya, aktivitas di sanggar kini terganggu. Sebab, bangunan atap sanggar ambruk karena usia. Atap sanggar mengalami pelapukan. Beruntung tak ada korban dalam kejadian itu.

"Awal ambruk itu sebenarnya Juli. Waktu sore, saat anak-anak sedang latihan. Mereka pada lari dan nangis," kata Wawan saat berbincang dengan detikcom di sanggarnya, Senin (27/9/2021).

ADVERTISEMENT

Wawan menceritakan ada dua titik atap bangunan yang tak bisa menahan genting. Hingga akhirnya ambruk. Tak ingin kejadian serupa terjadi, Wawan bersama rekannya mengambil genting yang masih tersisa. Hal itu dilakukan untuk mengurangi beban. Selain itu, ia berupaya menyelamatkan material bangunan.

"Sayang gentingnya kalau rusak. Tapi, setelah kita ambil gentingnya. Bagian depan sanggar ada yang rusak lagi," ucap Wawan.

Sanggar Setiya Negara kita tak memiliki atap. Tiang penyangga bangunan yang sudah lapuk pun dibiarkan menganga, tak menyangga pada bagian bangunan. Banyak bagian tembok yang retak. Di tengah kondisi yang miris itu, Wawan memutar otak agar tetap bertahan melestarikan wayang wong. Ia mendapat tawaran untuk memakai bangunan milik orang tua muridnya sebagai tempat latihan. Wawan mengamini tawaran itu.

"Sempat pindah latihan. Cuma tiga minggu. Saya tak enak, khawatir mengganggu lingkungan sekitar. Kita di situ hanya menumpang," ucap Wawan.

Hatinya mengaku sakit. Upayanya yang mencoba membangkitkan seni wayang wong terhalang kondisi sanggar yang memprihatinkan. Wawan tak menyerah. Ia berunding dengan orang tua murid. Hingga akhirnya memutuskan untuk tetap menggunakan sanggar. Kendati kondisinya mengancam keselamatan murid dan seniman.

"Ada beberapa murid, atau anak-anak yang sengaja libur. Ya tidak diizinkan karena membahayakan. Sanggar kondisinya begini. Ada juga yang masih tetap latihan," kata Wawan.

"Awal pertama buka yang belajar di sini itu 70 murid. Tahun ini sudah 130 murid. Tapi, karena kondisi sanggar memprihatinkan dan membahayakan. Yang berangkat itu 20 persennya," kata Wawan menambahkan.

Setiap kali latihan, Wawan dan guru seninya khawatir dengan keselamatan muridnya. Sebab, mereka berlatih dalam bayang-bayang reruntuhan.

"Sanggar ini adalah paling utama. Batin saya menangi. Kalau saya merantau lagi untuk membangun sanggar, nanti siapa yang mengurus dan mengelola sanggar," ucap Wawan sembari mengelus dada.

Wawan berharap Pemkab Cirebon bisa membantu membangkitkan seni wayang wong. Selama ini, Wawan mengaku tak pernah digandeng oleh Pemkab Cirebon. Kini ia menanti Pemkab Cirebon terjun langsung melihat kondisi sanggar tertua yang kini ambruk dimakan usia.

"Tidak pernah ada obrolan dengan Disbudparpora. Sebelum ambruk, hingga ambruk pun belum ada (obrolan). Saya siap menunjukkan SK dan lainnya," kataWawan.

Upaya Membangkitkan Kejayaan

Sekadar diketahui, detikcom sebelumnya sempat mengulas cerita Wawan yang sempat melanglang buana selama puluhan tahun di luar daerah. Ia bekerja di bidang pariwisata dan hiburan. Wawan sempat ke Ibu Kota, Batam dan Papua. Pandemi membuatnya pulang kampung dan membangun sanggar.

"Dulu setiap melihat kesenian daerah, saya selalu menangis. Saya ingin mengembangkan seni yang ditinggalkan kakek saya. Akhirnya saya memutuskan untuk meneruskannya," kata Wawan.

Wejangan Mama Kandeg, sang pendiri sanggar selalu terngiang-ngiang di kepala Wawan. Ia tak ingin wayang wong punah. Sebab, Sanggar Setiya Negara telah melahirkan seniman-seniman kondang Cirebon.

"Di Cirebon, hanya ini sanggar wayang wong. Seniman Selangit, Kreyo dan lainnya itu banyak yang belajar dari Mama Kandeg," kata Wawan.

Wayang wong Cirebon sempat berjaya di tangan Mama Kandeg, seniman yang memiliki nama asli Sutika. Mama Kandeg membangun Sanggar Setiya Negara pada tahun 1968. Selama periode 1960 hingga 1990, Mama Kandeg berhasil membawa seniman wayang tampil di luar negeri.

Kejayaan wayang wong tak lama. Eksistensi wayang wong mulai meredup setelah Mama Kandeg mangkat (wafat) pada 1991. Mangkatnya Mama Kandeg berimbas pada aktivitas sanggar seninya. Ya, Sanggar Seni Setiya Negara turut mati suri.

"Adanya pandemi COVID-19 ini membuat saya pulang. Sebelumnya saya di Batam. Kemudian saya mencoba membangkitkan kembali sanggar milik kakek ini," kata Wawan.

Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.
Hide Ads